Budidaya Ayam Broiler, Waspada Cekaman Panas

Agropustaka.id, kabar. Cekaman panas seringkali disebabkan oleh tingginya suhu dan kelembapan udara dalam kandang yang melebihi dari zona nyaman ayam broiler. Kejadian tersebut muncul ketika ayam tidak bisa membuang panas dari dalam tubuhnya akibat suhu udara dan kelembapan dalam kandang terlalu tinggi. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadikan kasus ini lebih parah, yakni temperatur, kelembapan, tingkat metabolisme, durasi eksposur, umur serta genetik ayam tersebut.

Hal itu dijelaskan oleh Technical Support Officer Tekad Mandiri Citra (TMC) drh. Rahmasari Nur Azizah dalam Indonesia Livestock Club (ILC) edisi ke-30 yang diselenggarakan secara daring, Sabtu (28/10). Hadir juga narasumber penting lain dalam acara ILC tersebut yaitu Head of Region East Java BroilerX Ir. Djoko Prasetyo.

Nur Azizah melanjutkan bahwa titik kritis heat stress pertama terjadi pada siang hari antara jam 12 – 15, dengan kondisi temperatur yang tinggi dan kelembapan yang relatif rendah. Kemudian titik kritis kedua pada jam 3 – 6 pagi, dimana biasanya pada waktu ini kelembapan kandang tinggi. Menurutnya apabila titik kritis tersebut tidak diantisipasi dengan tepat maka kematian paling banyak akan ditemukan setelah masa kritis selesai, akibat ayam tidak mampu mentoleransi panas di dalam tubuh.

Menurutnya, secara fisiologis akan terjadi peningkatan temperatur tubuh, respiratory alkalosis, ketidakseimbangan asam basa, peningkatan hormon glucocorticoid dan hormon cortisol, serta terjadi penurunan hormon pertumbuhan pada ayam yang terkena heat stress. Sedangkan secara tingkah laku, ayam akan mengalami panting dan squatting,  waktu tidur lebih lama,  konsumsi air minum meningkat serta mengepakkan sayap. Dalam kondisi normal ayam akan minum sekitar 1,6 – 2  kali feed intake, namun ketika terjadi kasus heat stress maka ayam akan minum 3 – 4 kali feed intake sehingga terjadi wet drop.

“Kemudian heat stress juga dapat berdampak pada performa ayam, dimana akan terjadi penurunan konsumsi pakan, metabolisme nutrisi, gangguan pertumbuhan berat badan, serta efisiensi pakan. Kemudian heat stress juga dapat berdampak pada patologi ayam karena gangguan integritas usus dan fungsi pertahananya, sehingga akan terjadi infeksi patogen dan inflamasi. Kemudian apabila ada kasus penyakit, maka morbiditas dan mortalitas akan diperparah karena adanya heat stress,” ungkap Nur Azizah.

Lebih lanjut, Nur Azizah menjelaskan beberapa tanda ayam mengalami dampak cekaman panas, seperti pembengkakan jantung dan pelebaran pembuluh darah akibat kenaikan frekuensi detak jantung. Kemudian terjadi leaky gut syndrome atau terdapat akumulasi gas dan cairan (masih berwarna seperti pakan) pada usus. Selanjutnya terdapat akumulasi cairan di rongga peritoneum atau biasa disebut dengan acites.

Pada dasarnya hal ini karena kekurangan oksigen dalam kandang namun dapat dipicu oleh kasus heat stress. Ascites ini membuat ayam berjalan mirip itik/ pinguin dan otot daging menjadi merah. “Selain dengan perbaikan manajemen kandang dan pemeliharaan, kita juga perlu memberikan berbagai pakan tambahan untuk mengatasi kasus heat stress. Pemberian vitamin C, E, A dan Se menjadi antioksidan yang baik untuk melindungi kerusakan sel akibat heat stress. Kemudian pemberian sodium bicarbonat akan membuat tubuh ayam terasa segar, sehingga dapat mengatasi ayam yang panting, banyak minum dan wet drop,” tambah Nu Azizah. AP

Siaran ulang Indonesia Livestock Club (ILC) edisi ke-30 ini dapat disimak kembali secara lengkap di tautan berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=QoB0ccFm8j8

Simak pula Indonesia Livestock Club (ILC) edisi ke-29 yang membahas ‘Manajemen Brooding sebagai Pondasi Sukses Budidaya Ayam Broiler’ di tautan ini: https://www.youtube.com/watch?v=Deef8quISNc