Begini Cara Penyembelihan dan Penanganan Daging Kurban

Agropustaka.id, Kabar. Untuk dapat mengedukasi masyarakat perihal teknis penyembelihan hewan serta penanganan daging kurban yang benar dan sesuai syariah, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM) menggelar kegiatan pelatihan virtual yang terbuka untuk umum.

Dekan Fapet UGM, Prof. Ali Agus dalam sambutannya sebelum membuka resmi acara pelatihan pada Rabu (30/06) mengatakan, kegiatan pelatihan penyembelihan ternak dan penanganan daging kurban sudah yang ke-7 kalinya dilaksanakan Fapet UGM untuk memenuhi permintaan masyarakat.

Kegiatan ini sangat penting karena faktanya memang di setiap pelaksanaan kegiatan penyembelihan ternak kurban masih saja terjadi penyimpangan dari aspek teknis oleh pelaksana di lapangan sehingga tidak memenuhi keseluruhan syarat syariat dan rukunnya. Penyembelih ternak kurban kadang hanya mengandalkan orang yang berani saja, padahal belum tentu orang tersebut mengetahui menyangkut syarat syar’i dan syarat rukunnya.

Dengan diadakannya pelatihan diharapkan masyarakat khususnya pihak panitia Idul Adha makin teredukasi bagaimana sebenarnya teknis yang benar dalam penyembelihan ternak kurban serta mengetahui pula cara-cara penanganan daging kurban agar nantinya daging yang dibagikan ke masyarakat benar-benar memenuhi syarat sebagai daging yang ASUH (Aman, sehat, utuh, halal).

Tahun ini dan ke depan dalam masa pandemi Covid 19, menurut Dekan Fapet UGM, kegiatan penyembelihan ternak kurban makin menuntut prinsip kehati-hatian terutama dalam hal penerapan protokol kesehatan. “Panitia harus mengupayakan agar protokol kesehatan bisa benar-benar diterapkan untuk meminimalisasikan penularan Covid-19,” jelas Dekan Fapet UGM tersebut.

Jika sapi ngamuk

Pemateri pertama, Direktur Halal Research Center UGM Nanung Danar Dono mengemukakan, di saat kegiatan penyembelihan ternak kurban kerap muncul kejadian-kejadian yang tak terduga. Hal tersebut antara lain karena teknis pelaksanaannya tidak dilaksanakan secara benar dengan memperhatikan aspek kesejahteraan ternak/hewan (animal welfare).

Kasus sapi mengamuk adalah paling sering terjadi dan menimbulkan ketakutan di masyarakat. Ada beberapa faktor yang menurut Nanung membuat sapi kerap mengamuk, di antaranya karena suasana di lokasi yang ramai membuat sapi menjadi stres dan panik; sapi melihat langsung “rekannya” disembelih dan dikuliti; atau juga karena sapi melihat genangan darah.

Sapi dalam kondisi stres antara lain ditandai dengan seringnya mengibaskan bagian ekor, tampak gelisah bahkan senang menendang. “Karenanya bila kita melihat ada sapi yang mengibas-ngibaskan ekornya jangan berdiri di belakang sapi tersebut, kita bisa terpental terkena tendangan sapi,” ujarnya.

Untuk mencegah terjadinya kasus sapi mengamuk, Nanung meminta pihak panitia kurban menyiapkan langkah-langkah antisipatif, misalnya dengan membuat penyekat antara ruang penyembelihan dengan area berkumpulnya ternak kurban.

Selain itu, sedapat mungkin setelah dilakukan penyembelihan, genangan darah dihilangkan dengan cara diguyur air. Pihak panitia juga harus aktif mengingatkan pengunjung agar bersikap tenang dan tak menimbulkan kegaduhan saat menyaksikan ternak kurbannya disembelih. Disiapkan pula masker untuk diberikan kepada pengunjung yang tak memakai masker.

Ia juga mengingatkan, bila ada sapi yang lepas jangan sekali-kali mencoba menarik tali pengikatnya. Sebaiknya dibiarkan sapi lepas dan ditunggu sampai kondisinya tenang. Bila sudah nampak tenang baru sapi didekati dan dibawa kembali ke lokasi penyembelihan.

Nanung yang juga adalah dosen Fakultas Peternakan UGM itu menekankan pentingnya ternak kurban diistirahatkan (minimal 12 jam) sebelum disembelih dengan tujuan agar ternak menjadi tenang. Kondisi tenang saat disembelih akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dagingnya seperti teksturnya lebih lunak dan tak cepat busuk.

Salah satu rukun dalam penyembelihan adalah menggunakan pisau yang tajam. Karena itu aktivitas mengasah pisau dan mengecek ketajaman pisau juga menjadi hal yang penting dilakukan oleh jagal ternak kurban.

Menyinggung mengenai kualitas daging kurban, narasumber lain, Prof Nurliyani, mengemukakan bahwa daging yang berkualitas berasal dari hewan yang juga berkualitas. Karena itu perlu dilakukan pemilihan hewan kurban yang sehat disamping juga yang memenuhi syariah sebagai hewan kurban.

Sebaiknya tak membeli hewan kurban yang dipelihara di sekitar Tempat Pembuangan akhir (TPA) sampah karena berpotensi dagingnya tercemari logam berat .

Daging yang dihasilkan dari kegiatan penyembelihan hewan kurban harus ditangani secara benar sehingga kualitasnya terjaga termasuk bebas dari berbagai cemaran (fisik, kimia , mikrobiologis).

Tangan manusia yang kontak langsung dengan daging serta peralatan yang digunakan harus dijaga tetap bersih, daging tak diletakkan langsung di lantai dan pembungkus daging sebaiknya berupa plastik putih transparan bukan plastik daur ulang berwarna hitam atau dikemas dalam besek.

“Saat pembungkusan jangan disatukan daging dan jeroan. Daging juga jangan dicuci dengan air karena itu bisa mempercepat masuknya kuman dan daging cepat busuk. Yang penting lagi jangan mencuci jeroan di sungai karena itu bisa mencemari lingkungan ,” jelas Nurliyani. (AP/sinta)

Baca juga:
Tips Menyimpan dan Mengolah Daging Kurban https://www.agropustaka.id/kabar/tips-menyimpan-dan-mengolah-daging-kurban/

Kumpulan Ucapan Idul Adha yang Menyentuh Hati untuk Saling Berbagi https://www.agropustaka.id/kabar/kumpulan-ucapan-idul-adha-yang-menyentuh-hati-untuk-saling-berbagi/