Agropustaka.id, Kabar. Dewasa ini, fenomena diskriminasi yang dialami oleh mantan warga binaan lembaga pemasyarakatan (LP) semakin berkembang di masyarakat. Adanya stigma bahwa mantan warga binaan memiliki kecenderungan untuk menjadi residivis menjadikan mereka serinngkali mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan setelah masa pidananya selesai, bahkan tak jarang mereka seringkali termasuk dalam daftar hitam pada beberapa sektor pekerjaan formal.
Bagi mantan warga binaan yang tidak memiliki keterampilan, hal ini tentu akan berdampak bagi mereka yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan untuk memperoleh pekerjaan dan menuju pada tingkat kesejahteraan yang lebih layak.
Fenomena ini mendorong Tim Program Kreativitas Masyarakat bidang Pengabdian Masyarakat Universitas Gadjah Mada yang beranggotakan Dio Fico Felsidan Diatmono (mahasiswa Fakultas Peternakan UGM), Anisya Ratna Komalasari (mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM), Shita Al-addawiyah Lampart (mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM), dan Briantoro Imam Sudrajat (mahasiswa Fakultas Peternakan UGM), berupaya membantu warga binaan untuk mengembangkan keterampilan sesuai dengan permasalahan yang dialami dengan didampingi oleh Dr. Ir. Chusnul Hanim, Msi., IPM. dosen Departemen Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan UGM.
Dalam hal ini Tim PKM-PM UGM 2021 bermitra dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman dengan membawa tema “Beternak Ayam Bahagia: Peningkatan Keterampilan di Bidang Peternakan Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Lapas Kelas IIB Sleman merupakan lembaga penegak hukum yang bekerja di bawah Kementerian Hukum dan HAM DIY yang memiliki total kapasitas warga binaan sejumlah 225 orang laki-laki dewasa dengan tingkat kejahatan medium. Untuk membantu warga binaan dalam mengatasai permasalahan diskriminasi setelah masa pidananya usai, lapas memberikan pelatihan kemandirian dan peningkatan keterampilan di lahan terbuka milik lapas atau yang dinamakan Kampung Asimilasi.
Beberapa program pelatihan yang diberikan antara lain; di bidang jasa, pertanian, manufaktur, dan peternakan. Beberapa program telah berkembang pesat, akan tetapi untuk bidang peternakan mereka masih seringkali mengalami kegagalan akibat masih kurangnya pemahaman terkait manajemen beternak yang baik dan benar. Hal ini mengakibatkan kandang yang berada di Kampung Asimilasi menjadi terbengkalai dan transfer ilmu pengetahuan di bidang peternakan kepada warga binaan menjadi terhambat.
Adanya permasalahan tersebut mendorong Tim PKM-PM UGM 2021 berupaya memberikan solusi berupa program beternak dengan mengembangkan ayam bahagia. Ayam bahagia merupakan ayam petelur dengan Strain Lohman Brown yang dibudidayakan dengan konsep free range atau umbaran dalam lahan tertentu yang mengedepankan prinsip kesejahteraan ternak (animal welfare), sehingga ayam dapat mengekspresikan dirinya dan tidak mudah stres.
Ayam ini dipilih karena memiliki ketahanan dan kemampuan adaptasi yang baik. Dalam proses beternak tersebut, ayam dipelihara pada umur pullet 18 minggu dan sudah mulai bertelur pada umur 20 minggu. Pemeliharaan ayam bahagia cocok untuk dilaksanakan di lapas elas IIB Sleman karena dapat memanfaatkan kembali kandang yang terbengkalai di Kampung Asimilasi dengan melakukan sedikit perbaikan dan modifikasi.
Kemudian, biaya pembuatan kandang terhitung murah karena tidak memerlukan model bangunan yang rumit. Perawatan ayam juga mudah cukup, dengan rutin memberikan pakan yang telah diformulasikan dengan nutrisi yang baik sebanyak 2 kali sehari, dan juga menjaga kebersihan kandang.
Selanjutnya ayam yang bahagia dan ransum pakan yang sehat mendukung tercapainya produktivitas ayam optimal dan telur yang lebih sehat. Konsep beternak ayam bahagia lebih efektif dan efisien, hal ini karna modal awal pemeliharaan yang terjangkau dan telur yang dihasilkan lebih sehat dam memiliki nilai jual yang tinggi.
Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, program tetap bisa dijalankan dengan baik melalui metode bauran antara daring dan luring dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat. Program ini dilaksanakan dengan memberikan beberapa penyuluhan dan pelatihan. Pertama penyuluhan pengenalan program beternak ayam bahagia secara daring.
Kedua, penyuluhan prospek keberlanjutan program secara daring. Ketiga, penyuluhan manajemen kandang secara daring. Keempat, pelatihan dan praktik pembuatan formulasi ransum pakan secara daring. Selanjutnya, dilakukan pelatihan secara luring dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan secara ketat berupa pelatihan dan praktik pembuatan kandang serta penerapan konsep beternak.
Pelaksanaan program baik secara daring maupun luring disambut dengan sangat baik oleh berbagai pihak. Tentu saja keberhasilan kami dalam melaksanakan program pengabdian tidak lepas dari peran Chusnul Hanim selaku Dosen Pendamping dari UGM. “Ide teman-teman sangat bagus dan akan bermanfaat jika diberikan kepada warga binaan,” kata Hanim.
Dari rangkaian program yang telah terlaksana, mitra mengalami beberapa perkembangan dalam melakukan kegiatan beternak ayam petelur. Di antaranya petugas lapas bersama warga binaan dapat beternak secara mandiri. Dimana saat ini ayam yang dipelihara sudah bertelur dan produktivitasnya terus meningkat.
Hingga saat ini telur yang dihasilkan mulai dijual kepada petugas lapas lainnya dan tamu yang berkunjung untuk memenuhi biaya pakan dan perawatan. Di samping itu, saat ini sedang diupayakan untuk menjalin dengan beberapa market, salah satunya adalah plaza agro UGM.
Selanjutnya, agar program ini dapat berjalan secara berkelanjutan, maka dilakukan pembinaan tentang manajemen pengorganisasian dengan memberikan Training of Trainer kepada petugas lapas. Bagi yang telah mengkuti pelatihan ini, diharapkan mereka dapat menjadi fasilitator bagi warga binaan lainnya.
Dalam acara peresmian kegiatan, Kusnan selaku Kepala Lapas menyatakan,”dengan adanya konsep budi daya ayam bahagia ini semoga dapat menularkan pengetahuan akan budidaya ayam bahagia baik kepada pembimbing maupun warga binaan, serta ke depan saya harapkan mahasiswa mahasiswa UGM yang sangat pintar ini dapat membuat terobosan baru lagi.” AP