Agropustaka.id, Kabar. Industri pakan ternak termasuk rantai industri pangan yang sangat dibutuhkan manusia. Komponen pakan mempunyai peranan yang penting dan menempati nilai input terbesar dalam usaha peternakan. Namun demikian masih ditemukan berbagai tantangan dalam upaya penyediaan pakan yang berkualitas dan berdaya saing, sehingga keberadaan industri pakan masih belum optimal.
Kapasitas terpasang industri pakan saat ini sekitar 26 juta ton, namun baru menghasilkan sekitar 21,7 juta ton, masih potensial 4,3 juta ton yang bisa dikembangkan kapasitasnya. Sebelum adanya pandemi, produksi pakan nasional diprediksi 21,7 juta ton pada 2020. Data dari Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) menunjukan bahwa saat ini terdapat 104 pabrik pakan yang memproduksi pakan unggas, ikan maupun babi.
Hal itu dibahas dalam Webinar Online bertajuk ‘Mengulas Palm Kernel Meal Terolah (Palmofeed) sebagai Bahan Pakan Alternatif Sumber Energi dan Protein di Bogor (26/4). Hadir dalam acara yang diselenggarakan oleh PT Buana Karya Noveltindo dan IPB Makmun Junaiddin, M.Sc selaku Direktur Pakan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Sri Subekti dari Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), dan Prof Nahrowi dari Fakultas Peternakan IPB.
Wabah virus corona (Covid-19) yang bermula dari Wuhan, Cina Desember tahun lalu telah mengguncang ekonomi dunia, tidak terkecuali Indonesia. Kurs rupiah, indeks saham, dan konsumsi domestik yang anjlok, serta perkembangan industri di tanah air pun melambat. Pelaku industri peternakan khususnya perunggasan seperti pabrik pakan (Feedmill) pun merasakan dampaknya.
Hal ini disebabkan beberapa macam bahan baku pakan yang masih tergantung impor terkendala suplai, logistik, dan harga yang meningkat, di antaranya adalah feed additive (imbuhan pakan) dan vitamin serta bahan pakan asal tumbuhan sumber protein dan energi seperti Soya Bean Meal (SBM) dan Corn Gluten Meal
(CGM).
Solusi atas dinamika tersebut di antaranya adalah pemanfaatan Bungkil Inti Sawit atau Palm Kernell Meal (PKM) sebagai bahan pakan alternatif sumber energi dan protein. PKM merupakan hasil ikutan dari industri pengolahan kelapa sawit, dengan ketersediaannya di Indonesia sangat tinggi.
Salah satu faktor pembatas penggunaan PKM adalah kandungan seratnya yang tinggi, dengan komponen dominannya adalah berupa mannosa yang mencapai 56,4% dari total dinding sel PKM. Kandungan mannan yang tinggi disatu sisi merupakan faktor pembatas nutrisi, namun di sisi lain memiliki potensi sebagai bahan imbuhan pakan seperti prebiotik yang akan meningkatkan kesehatan ternak.
Dalam acara itu, PT Buana Karya Noveltindo memperkenalkan PalmoFeed yang merupakan bungkil inti sawit yang sudah mengalami peningkatan kualitas melalui peningkatan kelarutan total dan kelarutan protein sehingga sangat potensial sebagai bahan pakan fungsional sumber energi dan protein. Agus Wiyono yang mewakili perusahaan tersebut menjelaskan, keunggulan palmofeed yakni tingkat ketersediaan lokal tinggi dan berkelanjutan dan menjadi sumber protein dan energi serta mengandung mannan/prebiotik.
Produk bahan baku pakan baru ini juga diklaim memiliki physical properties yang lebih baik dibandingkan bungkil inti sawit, yakni mengalami pengembangan dan mempermudah efikasi enzim, tekstur lebih halus dan rendah kandungan batok/cangkang, serta warna lebih cerah dan aroma yang khas tidak tengik.
Nahrowi mengambahkan, dengan kualitas kimia PalmoFeed yang jauh lebih baik dibandingkan dengan PKM biasa, ia mengharapkan para nutrisionis dan formulator industri pakan dan self mixer untuk lebih berani dalam menyusun ransum terbaik dengan menggunakan PalmoFeed. (AP/gn)