Pengukuhan Guru Besar Fapet UGM Prof Yuny Erwanto: Kolagen dari Kulit Kambing untuk Agen Anti Hipertensi

Agropustaka.id, Kabar. Pemotongan ternak ternyata tidak hanya menghasilkan produk utama berupa daging, namun juga menghasilkan produk hasil ikutan yang kuantitasnya cukup besar. Pemotongan seekor sapi misalnya, menghasilkan daging 35% dari berat hidup dan 65%-nya berupa hasil ikutan. Berbagai macam produk diversifikasi dari hasil ikutan ternak sangat bervariasi termasuk gelatin dan kolagen yang terus meningkat pengunaannya.

Gelatin dan kolagen kecuali dimanfaatkan dalam bidang pangan seperti dalam industri es krim, permen, cake, dan minuman juga dimanfaatkan dalam industri pangan kesehatan seperti minuman mengandung kolagen yang bersifat antioksidan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Prof. Ir. Yuny Erwanto, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM, dosen Fakultas Peternakan UGM dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Selasa (29/6) di Balai Senat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hasil kajian Yuny Erwanto bersama timnya menghasilkan gelatin dan kolagen dari tulang dan kulit kambing lokal Indonesia.

Gelatin tersebut dapat diaplikasikan dalam pembuatan berbagai produk pangan. Kolagen yang dihidrolisis lanjut dengan berbagai macam enzim menghasilkan fraksi peptide yang mempunyai potensi sebagai agen antihipertensi, khususnya dari kolagen kulit kambing.

Hasil degradasi akan menurunkan berat molekul peptide sampai kurang dari 3 kDa dan hasil pengujian mempunyai potensi kemampuan antihipertensi melalui penghambatan kerja Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang terjadi dalam ginjal.

Perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II memacu terjadinya penyempitan pembuluh darah dan mengakibatkan tekanan darah yang meningkat. Penghambatan terbentuknya angiotensin II dapat dilakukan dengan kolagen berberat molekul rendah dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai protein bioaktif yang dapat menjadi agen antihipertensi.

Fraksi peptide dari kolagen kulit kambing lokal Indonesia dengan berat molekul kurang 3 kDa mampu menghambat ACE berkisar antara 48,58 % sampai dengan 89,84% dan dengan konsentrasi 6,31µg/mL akan menghambat kerja Angiontensin Converting Enzyme sampai 50%. Penemuan ini menguatkan bahwa oligopeptida dengan panjang sekuen yang pendek kemungkinan mempunyai potensi antihipertensi yang lebih kuat dibandingkan dengan sekuen oligopeptide yang lebih panjang.

Protein dari gelatin dan kolagen mempunyai karakter yang unik dalam matrik pangan karena bersifat reversible, semisal dalam kondisi panas meleleh namun apabila kembali suhu kamar atau dingin bentuknya akan kembali bentuk padat. Karakter tersebut menjadikan gelatin banyak digunakan dalam berbagai kepentingan. Penggunaan gelatin di Indonesia yang terus meningkat belum diimbangi dengan pemanfaatan bahan dalam negeri untuk menghasilkan gelatin dan kolagen.

Kebutuhan akan gelatin saat ini hampir 100% dipenuhi oleh gelatin impor dari berbagai negara, seperti Cina, Australia, Jepang, Amerika dan beberapa negara Eropa. Produksi gelatin di dunia diperoleh dari hasil hidrolisis kolagen dari kulit, tulang, dan jaringan penghubung dari ternak babi dan ternak sapi.

Laporan dari reportlinker internasional pada tahun 2020 menyebutkan produksi gelatin dunia pada itu mencapai 516,8 metrik ton dan diperkirakan akan mencapai 696,1 metrik ton pada tahun 2027 meningkat 4,3 % setiap tahun, dengan persentase terbesar berasal dari kulit babi seberat 298,8 metrik ton atau mencapai 42,9 %, disusul kulit sapi sebesar 28,7% dan tulang hewan sebesar 24,9% dan sisanya dari bahan lain dengan persentase yang sangat rendah.

Data BPS terolah, pada tahun 2019 Indonesia mengimpor gelatin sebanyak 4.808 ton dengan jumlah yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (BPS, 2020). Oleh karena itu pemanfaatan hasil ikutan ternak sebagai sumber gelatin dan kolagen perlu terus dikembangkan dengan teknologi pengolahan yang ekonomis dan mendasarkan pada pemanfaatan sumber daya lokal yang tersedia.

Jumlah pemotongan sapi di Indonesia tahun 2019 dilaporkan sejumlah 1.102.256 ekor, apabila berat hidup sapi dipotong rata rata 350 kg maka akan dihasilkan kulit sapi segar per ekor sekitar 30 kg atau total kulit yang dihasilkan mencapai sekitar 33.067 ton. Jumlah tersebut dapat memproduksi gelatin sekitar 3.300 ton.

Tulang yang dihasilkan akan mencapai lebih dari 57.317 ton atau bisa memproduksi gelatin sekitar 4.580 ton gelatin (rendeman 8%). Potensi tersebut merupakan potensi yang sangat cukup untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. (AP/fapet ugm)