Agropustaka.id, Kabar. Singapura adalah negara tetangga Indonesia yang populasi penduduknya di 2024 diperkirakan mencapai 6.039.829 jiwa, atau hanya 0,07% dari total populasi dunia. Dengan total luas daratan yang hanya mencapai 700 Km2, tingkat kepadatan penduduk di Singapura adalah 8.592 jiwa per Km2. Dengan sumber daya yang terbatas, Singapura sangat bergantung pada impor.
“Lebih dari 98% bahan pangan mereka diimpor dari berbagai belahan Dunia, termasuk Indonesia. Di tahun 2023 sebanyak 183 Negara tercatat menjadi pemasok bahan pangan untuk Singapura,” kata Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo dalam Seminar Ilmiah Nasional ‘ISPI untuk Pembangunan Peternakan Indonesia yang Berkelanjutan” di Bogor pada Jumat, (1/3).
Namun ia mengingatkan, Singapura mempunyai ketentuan standar keamanan pangan yang cukup tinggi. Hanya negara dan perusahaan yang telah terakreditasi memenuhi standar keamanan pangan dan kesehatan hewan Singapura (SFA) yang diizinkan untuk mengekspor bahan pangan ke Singapura. Ia menambahkan, ayam merupakan sumber protein dengan konsumsi terbanyak di Singapura. Adapun konsumsi telur, buah, dan sayur diperkirakan akan melanjutkan tren pertumbuhan, walaupun tidak signifikan karena inflasi pangan yang terus akan meningkat; tetapi di satu sisi pertumbuhan sektor hotel restoran cafe dan katering (horeka) akan terus berjalan.
Suryo Pratomo memaparkan, di tahun 2022 lalu, Indonesia berhasil untuk pertama kalinya mengekspor ayam ke Singapura. Kala itu ekspor ayam hidup ditutup sepihak oleh Malaysia, dan Indonesia langsung berkoordinasi dengan Singapura untuk membuka akses pasar produk ayam Indonesia ke Singapura. Di bulan Juli 2022, berkat pendekatan yang negosiasi yang dilakukan secara sinergis antara pemerintah dan swasta, Indonesia berhasil mengekspor perdana ayam beku ke Singapura senilai U$D 311,069.
Selanjutanya pada bulan Nopember 2022, Indonesia merintis upaya ekspor ayam hidup dengan mengirimkan trial export untuk sampel senilai U$D 91,849, yang dilanjutkan trial ke-2 di bulan Januari 2023 senilai U$D 112,000. Di bulan Januari itu juga, dimulai ekspor perdana produk ayam olahan senilai U$D 4,835. Kemudian, di bulan Mei 2023, Indonesia berhasil mengekspor perdana ayam hidup ke Singapura, yang dikirim dari Pulau Bintan, senilai U$D 95,200. Dan di bulan yang sama dimulai uji coba pengiriman trial ekspor telur segar senilai U$D 70,724.
Hingga akhir tahun 2023, tercatat Indonesia sudah mengekspor seluruh produk ayam secara rutin ke Singapura: ayam hidup senilai U$D 235,071, ayam beku senilai U$D 50,875, produk ayam senilai U$D 28,326, dan produk telur segar senilai U$D 151,706.
Ekspor produk ayam merupakan merupakan titik awal yang menandai peningkatan kerja sama perdagangan yang lebih kohesif antara Indonesia dengan Singapura. Kuncinya yang pertama adalah kolaborasi.
Dengan kolaborasi yang sinergis dan bahu-membahu antara kementerian dan lembaga, serta didukung BUMN dan pelaku usaha, maka pintu ekspor ke pasar global dapat dicapai. Walaupun pasar Singapura skalanya kecil dengan jumlah populasi hanya sekitar 6 juta orang, namun demikian, hampir seluruh perusahaan internasional berada di Singapura. Hal ini dapat dimanfaatkan para eksportir dan industri di Indonesia untuk menjadikan Singapura jembatan untuk masuk ke sejumlah negara lain. AP