Agropustaka.id, Kabar. Seiring pertumbuhan penduduk dunia, upaya pemenuhan pangan menjadi sebuah persoalan yang harus dipecahkan. Efisien produksi seolah menjadi sebuah tuntutan, agar produksi pangan dunia dapat tercukupi. Hal ini tak terkecuali pada perunggasan sebagai salah satu sektor penghasil protein hewani terbesar di dunia. Berbagai upaya pun terus dilakukan, salah satunya adalah bagaimana peningkatan kualitas genetik ayam terus diupayakan.
Dalam Seminar Nasional bertema “Perunggasan Indonesia Menuju Mandiri Pangan”, yang diadakan oleh Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), International Product Manager Aviagen Dominic Elfick mengatakan bahwa pihaknya secara berkelanjutan terus melakukan perbaikan genetik dari waktu ke waktu, terutama difokuskan pada peningkatan performa ayam broiler.
Seminar nasional yang dilaksanakan di Tangerang, pada Rabu (26/9) tersebut menghadirkan pembicara kunci Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc., IPU yang diwakili oleh Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Agung Suganda, M.Si. Narasumber penting lain yang hadir dalam seminar itu yakni Amin Suyono (Cobb Asia, Chai Yew Fai (Novogen), Ayatullah Natsir (Ceva), dan Noer Azam Achsani (SB IPB).
Dalam presentasinya, Dominic memaparkan bahwa, Aviagen mempunyai fokus pengembangan dan penelitian terhadap tingkat adaptasi lingkungan, efisiensi pakan, kuantitas, kualitas serta kesehatan karkas, seleksi yang akurat, dan reproduksi yang efisien. Hasil perkembangan genetik ini bisa dilihat dari beberapa indikator performa produksi pemeliharaan, seperti pada broiler komersial terjadi kenaikan tingkat pertumbuhan 45 gram, penurunan FCR 0,025, peningkatan breast yield 0,15% serta masih banyak lainnya. Kemudian juga terjadi perkembangan di sektor pembibitan, seperti pada tingkat produksi dan peningkatan persentase hatchability.
“Untuk mengoptimalkan potensi genetik yang terus berkembang, diperlukan manajemen pemeliharaan yang tepat. Pasalnya manajemen memiliki dampak yang lebih besar terhadap performa ayam broiler dari pada genetik. Kami menyediakan pengetahuan terbaru dan tim pendukung dalam jumlah besar untuk membantu meningkatkan performa ayam broiler di lapangan,” kata Dominic.
Selain Aviagen, genetic improvement broiler juga terus dilakukan oleh perusahaan genetik lain yaitu Cobb-Vantress. Dalam paparannya, Key Accounts Technical Manager, Cobb Asia Pacific Amin Suyono menjelaskan bahwa perkembangan kualitas genetik ayam broiler memungkinkan peningkatan produksi ayam dengan jumlah pakan yang dihabiskan semakin sedikit. Hal ini menandakan efisiensi produksi pada ayam broiler ini terus meningkat.
“Genetic improvement broiler, membuat performa produksi jauh lebih efisien. Pada tahun 1957 untuk menghasilkan ayam dengan bobot 2,2 kg membutuhkan pakan 6,01 kg. Untuk saat ini, pada tahun 2021 lalu, untuk menghasilkan bobot yang sama hanya dibutuhkan 3,22 kg pakan. Atau kurang dari setengahnya. Kemudian, perkembangan juga terjadi pada proporsi karkasnya yang dulu pada tahun 1957 hanya sekitar 61 %, dan pada tahun 2021 sudah di atas 77 %. Hal ini diambil dari ayam bobot sekitar 3,5 kg. Memang semakin besar ayam, efisiensinya semakin baik. Namun pasar kita masih menghendaki ayam ukuran kecil,” jelas Amin sembari menandaskan, sifat fenotip atau potensi yang optimal pada ayam baru bisa muncul jika didukung dengan perlakuan manajemen dan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan ayam.
Perkembangan genetik juga terjadi pada ayam layer. Perwakilan dari Novogen Chai Yew Fai menyampaikan bahwa, saat ini GPS Novogen mampu memproduksi 95 – 100 DOC PS layer betina dalam pemeliharaan 72 minggu. Kemudian pada pemeliharaan PS selama 72 minggu, dapat memproduksi 104-106 DOC FS layer betina. Kemudian di tingkat FS atau komersial, mampu memproduksi 430-435 butir telur dalam periode pemeliharaan 95 minggu.
“Dari segi persistensi produksi, layer Novogen dapat dikatakan sangat bagus. Dimana ayam dapat berada di level produksi 90%, mulai dari umur produksi 60 minggu hingga lebih dari 100 minggu. Tak hanya produksi yang baik, ayam layer Novogen juga dikembangkan agar mampu berproduksi baik dengan berbagai macam lingkungan pemeliharaan. Dalam proses pembibitan, Novogen juga mengadopsi teknologi RFID (Radio-Frequency Identification) yang memungkinkan untuk melakukan identifikasi perilaku ayam dengan menggunakan gelombang radio. Dengan ini berbagai informasi dapat dikumpulkan, sehingga membantu dalam seleksi genomik,” tambahnya. ap/gppu