Saran Keberlanjutan Industri Sapi Pedaging di Indonesia

Agropustaka.id, Kabar. Dalam suasana serba sulit seperti yang terjadi pada saat pandemi saat ini, industri sapi pedaging di Indonesia harus bisa kreatif dan beradaptasi dengan keadaan di lapangan. Sebelum pandemi industri sapi pedaging mengalami banyak tekanan, khususnya karena adanya persaingan dengan daging impor.

Pada awal pandemi, industri sapi pedaging mengalami kesulitan baik dalam hal pengadaan sarana produksi peternakan, khususnya bakalan dan pakan, kenaikan biaya distribusi, dan penurunan omzet karena berkurangnya kegiatan yang membutuhkan banyak daging. Selain itu, pandemi juga berdampak negatif terhadap industri sapi pedaging karena turunnya daya beli masyarakat.

Melihat kondisi seperti itu, Dosen Fapet UGM, Ir. Panjono, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. dalam Obrolan Peternakan (OPERA) yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan (Fapet) UGM pada 3 Juli 2020 lalu melalui Zoom Meeting mengharapkan akan dua hal penting agar kondisi industri sapi pedaging membaik.

Harapan itu yakni pertama, adanya relaksasi Permentan No. 41 Tahun 2019 terkait kewajiban memasukkan indukan sebanyak 5%. Kedua, berjalannya kesepakatan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) terkait bea masuk.

Situasi sulit di masa pandemi ini menurut Panjono dapat diatasi dengan penerapan protokol kesehatan, efisiensi produksi, inovasi produk melalui pengolahan hasil, dan inovasi pemasaran secara daring. Pengolahan hasil, khususnya produk olahan beku, akan meningkatkan daya simpan dan mendekatkan industri ke konsumen akhir sehingga meningkatkan jangkauan pasar.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia Ir. Didiek Purwanto, IPU yang juga hadir dalam acara itu memberi saran demi keberlanjutan industri sapi pedaging di Indonesia.

Saran yang ia sampaikan yakni pelaku usaha sebaiknya memilih ternak yang adaptif dengan lingkungan lokal, membangun padang penggembalaan yang produktif, dan mengoptimalkan sumber pakan lokal dengan strategi suplementasi.

Ia juga mengharapkan adanya kolaborasi produktif antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, serta komunitas, arah pembangunan yang jelas terarah melalui pengkajian data yang saksama, dan menentukan pola pengembangan peternakan yang sesuai dengan kondisi Indonesia. AP