Agropustaka.id, Kabar. Sebelum bisnis perunggasan yang kini telah bertransformasi menjadi sebuah industri yang mengadopsi berbagai macam teknologi, sebelumnya bidang usaha ini merupakan usaha tradisional yang dijalankan di pekarangan rumah.
Tokoh perunggasan yang juga Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Jatim Periode 2004-2012 Heru Mulyanto secara runtut menjelaskan perjalanan sektor perunggasan Indonesia dari masa ke masa. Dimulai dari periode 1960 hingga saat ini. Periode 1960-1970 menjadi awal berdirinya PS (Poultry Shop) yang bergerak pada bidang produksi peternakan ayam, perdagangan pakan ternak, dan peralatan peternakan. Dalam periode yang sama, juga dilakukan impor bibit ayam DOC komersial (final stock). Pada awal perkembangan industri perunggasan, keberadaan PS sebagai penyediaan kebutuhan ternak sangatlah dominan.
“Kemudian pada medio 1990-2000 mulai muncul kemitraan mandiri pada industri perunggasan Indonesia. Dan sistem kemitraan ini terus berkembang hingga saat ini. Yang terbaru, mulai tahun 2020, terjadi pandemi corona dan mulai berkembang digitalisasi industri peternakan yang ditandai dengan munculnya berbagai start up peternakan untuk mengimbangi peternakan konvensional,” papar Heru Mulyanto dalam acara Indonesia Livestock Club (ILC) bertajuk ‘Mewujudkan Ekosistem Smart Farming Perunggasan Indonesia yang diselenggarakan pada rangkaian acara ILDEX 2023, di ICE BSD Tangerang, Banten, Kamis (21/9). Menurutnya dalam semua perjalanan perkembangan perunggasan selalu ada tantangan yang dihadapi. Tugas bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) di dalamnya adalah bagaimana adaptasi dan menyesuaikan diri.
Dalam acara ILC itu pula, Ketua Badan Kejuruan Teknik Peternakan, Persatuan Insinyur Indonesia (BKT Peternakan, PII) Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA, DEA., IPU., ASEAN Eng menambahkan bahwa perkembangan perunggasan juga terjadi pada sektor pakan. Saat ini pendekatan ‘precision nutrition’ banyak digunakan dan dikembangkan, sekaligus menggantikan pendekatan ‘balanced ratio’ yang banyak diterapkan pada periode sebelumnya.
“Precision nutrition merupakan teknik pemberian pakan yang memungkinkan jumlah pakan dengan yang sesuai komposisi sesuai dengan produksi tujuan (maksimum atau terkontrol tingkat produksi) termasuk lingkungan lingkungan dan masalah kesejahteraan hewan, untuk diberikan secara tepat waktu kepada sekelompok hewan atau untuk hewan individu dalam suatu kelompok. Hal ini sebagai upaya peningkatan efisiensi penggunaan pakan dengan pendekatan precision feeding yang memperhatikan ketepatan pada jumlah, waktu, komposisi, proporsi serta waktu pemberian,” terangnya. Ali Agus menambahkan bahwa penggunaan teknologi IoT dapat mendukung pemberian pakan yang presisi.
Masih terkait teknologi pakan, Ketua Umum Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) Prof. Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc.,IPU., ASEAN Eng dalam ILC tersebut menyebutkan beberapa teknologi pakan yang dapat meningkatkan produksi unggas, seperti teknologi ukuran partikel pakan (nano teknologi), teknologi enzim, teknologi enkapsulasi, teknologi pemberian pakan dengan hopper dan automated feeder serta teknologi biosekuriti (feed security and safety). Kemudian, dalam formulasi pakan juga telah banyak diterapkan berbagai macam teknologi untuk membantu proses produksi di pabrik pakan, seperti menciptakan multi-campuran yang disempurnakan untuk pelanggan.
“Telah banyak teknologi formulasi yang diterapkan di pabrik pakan, seperti 3D printing camera technology for high precision weighing of poultry, autonomous robot for cage-free layer house management, drone, sensors, artificial intelligent, augmented reality, virtual reality monitor poultry floor distribution with machine vision hingga blockchain.”
Narasumber berikutnya, yakni CEO & Co-Founder BroilerX Prastyo Ruandhito menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi digital sangat penting untuk mewujudkan ekosistem smart farming perunggasan dan untuk memajukan industri perunggasan. Terlebih sektor perunggasan Indonesia Tengah dihadapkan pada berbagai macam tantangan, seperti sumber daya terbatas seperti lahan, air, pakan yang dihadapkan pada permintaan akan produk ternak yang semakin meningkat. biaya operasional yang tinggi, penyakit yang terus berkembang, isu kesejahteraan hewan, produksi yang berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim serta kondisi pasar yang berfluktuasi dan volatilitas harga.
“Dari berbagai macam tantangan tersebut, BroilerX mempunyai ide bagaimana membantu peternakan dengan teknologi digital untuk menjawab berbagai kebutuhan. Solusi yang ditawarkan oleh BroilerX berdasarkan berbagai survei dan wawancara langsung kepada peternak untuk mengumpulkan kebutuhan. Kemudian telah dilakukan identifikasi titik-titik masalah, aspirasi dan tujuan peternak. Kami juga mencoba mengenali keragaman praktik-praktik peternakan dan sumber daya yang tersedia, sehingga pendekatan solusi yang diberikan bisa tepat sasaran,” jelas Prastyo Ruandhito.
Lebih lanjut Prastyo Ruandhito menambahkan bahwa BroilerX memberikan solusi teknologi modern seperti IoT, AI, dan analisis data dapat yang dapat meningkatkan efisiensi produksi ternak. Teknologi digital tersebut digambarkan melalui sensor IoT untuk pemantauan ternak dan kondisi kandang secara real-time. Kemudian BroilerX juga menyediakan analisis prediktif berbasis AI untuk deteksi penyakit dan pencegahan penyakit. Serta otomatisasi pemberian makan, minum, pengaturan kipas dan pekerjaan lainnya. ap