Agropustaka.id, Kabar. Pandemi Covid-19 mengakibatkan masyarakat mengalami penurunan pendapatan harian, bahkan sampai kehilangan pekerjaan. Selain itu, harga kebutuhan pangan yang sering mengalami kenaikan membuat masyarakat semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Berdasarkan permasalahan tersebut, Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan konsep Food Bank yang diterapkan di wilayah Kampung Pedak RT 14 RW 06, Karangbendo, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tim PKM-PM UGM terdiri dari Ican Noviska Nurin (Peternakan UGM 2018) selaku ketua, Fadhil Muhammad Nazar (Peternakan UGM 2020), Farah Fariha ‘Athaa (Pertanian 2019 UGM) dan Sania Sita Devi (Pertanian UGM 2020).
Food Bank merupakan program yang bertujuan untuk mengembangkan kampung di area peri-urban dan kota supaya dapat memproduksi bahan pangan secara mandiri. Program ini diharapkan dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga dari bahan pangan yang selama ini bergantung dari pasar. Target utama program ini adalah pemuda, akan tetapi juga melibatkan kelompok wanita dan pria di Kampung Pedak.
Program Food Bank terdiri dari pengembangan peternakan ayam petelur dan sayuran aquaponik yang terintergrasi dengan kolam ikan. Pemuda dan warga terlibat aktif dalam pengembangan sarana untuk mendukung program Food Bank seperti kandang ayam petelur, kolam ikan, dan instalasi hidroponik. Selain itu juga terdapat pelatihan manajemen ternak ayam petelur serta budidaya sayuran serta ikan.
Rangkaian kegiatan dalam program ini meliputi sosialisasi, pembuatan kandang dan media, penyuluhan serta pelatihan yang dilaksanakan secara baik secara tatap muka langsung (luring) maupun daring dengan memanfaatkan smartphone warga kampung. Materi pembelajaran menggunakan video supaya warga dapat memiliki gambaran program Food Bank dan rencana implementasinya. Program ini melibatkan 25 warga Kampung Pedang, terutama para pemuda.
“Program Food Bank tidak hanya memberikan pelatihan dalam menghasilkan bahan pangan secara mandiri, akan tetapi mengajak pemuda untuk mau menjadi peternak dan petani, meskipun masih sekali kecil. Selain itu, adanya program ini dapat memanfaatkan lahan yagn kurang produktivif di daerah pedak,” ungkap Ican selaku ketua pelaksana PKM-PM UGM.
Ican menambahkan bahwa adanya program ini untuk membantu pemenuhan bahan pangan warga yang membutuhkan. Selain itu, program ini juga memberdayakan serta melatih keterampilan pemuda non-produktif dibidang peternakan, perikan serta pertanian yang bisa menjadi bekal di kemudian hari.
“Program ini menjadikan kami menjadi lebih tahu dan terbuka mengenai perawatan ayam petelur, cara mengolah aquaponik. Program ini diharapkan dapat berjalan terus supaya menjadi suatu kebiasaan baik di kampung kami, terutama dalam pemanfaatan lahan non produktif untuk menghasilkan pangan untuk warga,” ucap Faizal selaku ketua tokoh Pemuda Kampung Pedak.
Dr. Muhsin Al Anas selaku dosen pembina dari Fakultas Peternakan UGM menyampaikan bahwa kemandirian pangan harus dimulai dari sekala kecil yakni kampung. Terlebih kampung di daerah perkotaan yang biasanya mengandalkan pangan dari daerah lain atau pasar. Kondisi disruption seperti pandemi tentunya menuntut masyarakat untuk untuk adaptif, seperti dalam pemenuhan bahan pangan.
Pandemi membuat alur distribusi bahan pangan sering mengalami kendala, bahkan kenaikan harga. Oleh sebab itu, adanya program Food Bank dapat menjadi contoh dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya produksi bahan pangan secara mandiri dengan memanfaatkan lahan terbatas sehingga dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga.
“Program PKM-PM dapat meningkatkan peran mahasiswa dalam menghasilkan gagasan kreatif yang membantu penyelesaian masalah di masyarakat. Selain itu, mahasiswa tidak hanya melakukan transfer teknologi atau pengetahuan, tetapi juga memiliki keterampilan empati yang dibutuhkan saat ini dan masa depan,” tambah Muhsin. AP