Mengoptimalkan Performa Budidaya Ayam dengan Manajemen Brooding yang Baik

Agropustaka.id, Kabar. Brooding merupakan masa pemeliharaan broiler dari DOC sampai lepas pemanas. Masa ini menjadi masa yang krusial dan sering dianggap sebagai pondasi keberhasilan dalam pemeliharaan broiler.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Head of Production BroilerX drh Heru Widyatmoko dalam Indonesia Livestock Club (ILC) Edisi 29 yang mengusung tema ‘Manajemen Brooding sebagai Pondasi Sukses Budidaya Ayam Broiler’. ILC yang diselenggarakan secara daring pada Sabtu (21/10) tersebut juga menghadirkan narasumber penting lain yakni Technical Support Supervisor, Tekad Mandiri Citra (TMC) ujar drh. Armanda Prayugo, M.Biotek yang membahas tentang upaya mengidentifikasi kemunculan penyakit di masa brooding.

Heru menjelaskan, brooding diibaratkan sebagai pondasi sebuah bangunan, dimana ketika pondasinya kuat maka akan menghasilkan konstruksi yang kokoh. Sehingga apabila mengacu pada analogi tersebut, maka manajemen brooding yang optimal akan menghasilkan performa produksi yang maksimal. Apabila proses brooding kurang optimal, maka tidak akan dapat terkompensasi sepenuhnya pada periode berikutnya.

“Tujuan brooding adalah untuk memberikan kondisi lingkungan yang nyaman sesuai dengan kebutuhan anak ayam. Dimana pada masa ini anak ayam akan mengalami proses perbanyakan sel (hyperplasia) yang dilanjutkan dengan proses perkembangan sel (hipertropi) yang terjadi yang sangat cepat pada organ penting. Fase ini tidak dapat terulang, sehingga jika dalam fase ini tidak dapat dimaksimalkan, maka ketika memasuki masa selanjutnya, maka potensi genetik tidak bisa keluar secara optimal,” jelasnya.

Heru Widyatmoko melanjutkan bahwa indikator feed intake menjadi salah satu target yang harus tercapai dalam masa brooding. Dimana pencapaian target feed intake terlebih pada minggu pertama sangat ditentukan oleh kondisi anak ayam di awal mulai mengenal pakan. Untuk itu, peternak perlu memastikan kecukupan dan ketersediaan pakan dan tempat pakan, serta tempat pakan tambahan (Chick Feeder Tray/Baby Chick Feeder) untuk memudahkan ayam dalam pengenalan pakan. Kemudian setelah 8 jam ayam ditebar, peternak juga harus melakukan Crop Fill Evaluation, dengan target setidaknya 80% tembolok sudah terisi pakan dan air.

“Selain feed intake, bobot badan ayam juga harus tercapai saat masa brooding berlangsung. Pasalnya bobot badan menjadi indikator utama, apakah ayam yang dipelihara tumbuh secara optimal atau tidak. Kemudian bobot badan juga berkorelasi dengan perkembangan organ-organ penting pada tubuh, seperti pernafasan, pencernaan dan perkembangan kerangka tulang dan massa otot. Kemudian target yang tak kalah penting harus tercapai adalah angka deplesi yang rendah dengan standar 0,1% / hari dan tingkat keseragaman atau uniformity di atas 85%,” tambahnya.

Lebih jauh, Heru Widyatmoko menegaskan bahwa pada prinsipnya kenyamanan DOC menjadi faktor penting dalam masa brooding. Oleh karena itu, terdapat beberapa manajemen yang harus diperhatikan saat masa brooding, seperti kontrol pemanas/heater, kontrol pakan dan air minum, kontrol suhu dan kelembaban, kontrol kualitas udara, kontrol ventilasi, density/kepadatan serta litter/sekam.

“Salah satu kunci keberhasilan pemeliharaan dalam fase brooding terletak pada program manajemen yang tepat sejak chick in dilakukan. Sebelum DOC tiba, kandang dan seluruh peralatan harus sudah siap. Pemanas/heater sudah harus dinyalakan 2-3 Jam sebelum DOC datang. Jangan lupa siapkan Air Gula + ATP, dan Pakan di Chick Feeder Tray, sebar sedikit di koran untuk membantu pengenalan ayam pada pakan. Selanjutnya ketika DOC datang, ambil sampel untuk dilakukan perhitungan dan penimbangan. Kemudian DOC langsung ditebar dan tidak boleh menginap di box,” jelas Heru Widyatmoko. Lebih lanjut Heru Widyatmoko menambahkan bahwa perlu adanya kontrol suhu dan kelembaban di tempat brooding selama 24 jam. Selain itu pengecekan aktivitas dan pola penyebaran ayam juga harus dilakukan. Serta lakukan culling pada DOC yang kondisi jelek dan grading pada yang kerdil. Saat pemeliharaan tersebut, sekam atau litter harus dipastikan dalam kondisi baik, antara lain ketebalan yang tepat, kering dan tidak menggumpal. “Cek recording harian, hitung feed intake dan deplesi serta timbang bobot ayam, dan hitung FCR nya,” tegas Heru Widyatmoko. AP

Materi presentasi ILC #29 ini dapat diunduh di sini: https://www.agropustaka.id/presentasi/unduh-gratis-di-sini-materi-presentasi-ilc-29-manajemen-brooding-sebagai-pondasi-sukses-budidaya-ayam-broiler/

#indonesialivestockclub #indonesialivestock #ILC #livestockreview #livestock #ManajemenBrooding #SuksesBudidayaAyam #ayampedaging #produkhewani #peternakanindonesia #perunggasan #ayambroiler #manajemen #broilerx #brooding #budidayaayambroiler #ayambroiler