Agropustaka.id, Kabar. Kenyamanan ayam menjadi sebuah hal utama dalam keberhasilan pemeliharaan masa brooding. Adapun parameter kenyamanan ayam yang harus diperhatikan oleh peternak, seperti suhu target sesuai umur, misalnya pada masa brooding minggu pertama sekitar 30-33oC. Kemudian Index Heat Stress pada masa brooding tidak boleh lebih di atas 160, atau bisa juga dengan parameter suhu tubuh dikurangi suhu lingkungan lebih dari 8oC. Selain itu parameter kenyaman juga dilihat dengan mengukur suhu rata-rata siang apabila dikurangi dengan suhu rata-rata malam harus kurang dari 8oC
“Dari berbagai parameter tersebut, muaranya mengacu pada suhu rektal yang seharusnya berkisar 39,5-40,6oC atau biasanya maksimal 41oC. Hal ini menjadi evaluasi tingkat kenyamanan ayam, sehingga kita bisa meng adjust berbagai manajemen seperti kondisi pemanas, setting ventilasi, sekam dan lainnya apabila suhu rektal tidak dalam acuan tersebut.
Dan memang suhu brooding di minggu pertama berkisar 30-33oC. Namun ketika DOC datang dan suhunya tinggi, katakana 42-43oC maka kita pun harus menurunkan suhu brooding. Disini kita mempunyai waktu 2 – 3 jam untuk mengatur brooding, sehingga suhu kloakanya kembali ke standar yaitu 39,5-40,6oC agar ayam merasa nyaman dan mau makan,” kata Technical Support Supervisor, Tekad Mandiri Citra (TMC) ujar drh. Armanda Prayugo, M.Biotek dalam Indonesia Livestock Club (ILC) Edisi 29 yang mengusung tema ‘Manajemen Brooding sebagai Pondasi Sukses Budidaya Ayam Broiler. ’ ILC yang diselenggarakan secara daring pada, Sabtu (21/10) tersebut juga menghadirkan narasumber penting lain yakni Head of Production BroilerX drh Heru Widyatmoko yang membahas tentang upaya mengoptimalkan manajemen brooding.
Armanda melanjutkan bahwa selama 24 jam pertama peternak perlu melakukan evaluasi pada keterisian tembolok dan ketersebaran ayam dalam kandang. Tembolok bisa dicek setiap 6 jam, dan yang perlu diperhatikan adalah jangan asal ada isinya saja, namun juga bagaimana konsistensinya. Apakah terlalu lembek (banyak air) atau justru terlalu keras. Tembolok yang lembek bisa menggambarkan kondisi suhu terlalu panas, sehingga ayam terlalu banyak minum. Sebaliknya ketika tembolok terlalu keras bisa dikarenakan posisi nipple terlalu tinggi, air mampet, dan lain-lain, sehingga ayam kurang minum. Secara teori total pakan yang dikonsumsi 24 jam pertama per ekor adalah 25% dari berat badan rata-rata DOC, dan Water intake 2 kali dari feed intake.
.“Selanjutnya setelah 1 minggu pemeliharaan, target berat badan adalah 4,5 kali berat badannya saat DOC, dan deplesi kurang dari 0,9%. Selain itu selisih uniformity awal dengan minggu pertama kurang dari -4%. Jadi semisal saat DOC datang uniformity 80%, maka maksimal saat minggu 76%, jangan sampai lebih rendah dari itu. Artinya seleksi ini harus ketat. Pada 1 minggu pemeliharaan, target yolk sac telah terserap 90%. Ada juga bahan evaluasi saat minggu pertama pemeliharaan dengan melihat nilai relative growth, yang standarnya adalah lebih dari 350,” tambahnya.
Armanda juga membahas beberapa penyakit yang umum terjadi saat masa brooding, seperti kasus omphalitis yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan negatif pada DOC yang baru datang menjadi penyakit. Pengecekan bisa dilakukan saat awal DOC datang, dimana ukurannya besar, yolk sac nya berwarna merah, kebocoran, pusar terbuka, berair, hitam atau pun terdapat benang. Hal ini harus ditangani dengan tepat, sehingga ke depannya tidak menimbulkan kasus penyakit yang lebih parah.
“Kasus selanjutnya yang sering ditemui adalah kuning telur tidak terserap sempurna selama umur 5-7 hari. Kasus ini bisa terjadi karena suhu brooding yang tidak optimal. Apabila hal ini terjadi, di masa selanjutnya akan terjadi perkejuan di selaput hati dan jantung, yang dapat menjadi penyebab kasus E Coli. Karena di kuning telur yang tidak terserap ini mengandung berbagai nutrisi yang disukai oleh E Coli. Namun E Coli juga disebabkan karena cemaran, baik biofilm, klorinasi, dan lain-lain. Kemudian saat masa brooding juga sering ditemui kasus kantung udara (air sac) yang keruh dan akan menyebabkan ‘cekrek’. Hal ini bisa disebabkan karena sekam yang basah, sirkulasi udara kurang bagus atau pun infeksi Mycoplasma gallisepticum,” tegasnya. Armanda mengingatkan apabila diketahui kasus tersebut terjadi di lapangan, peternak harus dengan segera melakukan penanganan yang tepat, sehingga di fase pemeliharaan selanjutnya tidak terjadi kasus penyakit yang lebih parah. AP
Materi presentasi ILC #29 ini dapat diunduh di sini: https://www.agropustaka.id/presentasi/unduh-gratis-di-sini-materi-presentasi-ilc-29-manajemen-brooding-sebagai-pondasi-sukses-budidaya-ayam-broiler/
#indonesialivestockclub #indonesialivestock #ILC #livestockreview #livestock #ManajemenBrooding #SuksesBudidayaAyam #ayampedaging #produkhewani #peternakanindonesia #perunggasan #ayambroiler #manajemen #broilerx #brooding #budidayaayambroiler #ayambroiler