Agropustaka.id, Kabar. Dinamika teknologi dan industri perunggasan berlangsung demikian pesat, termasuk dalam hal performa dan teknik produksinya. Aspek teknis manajemen budidaya dan produksi perunggasan terus berkembang seiring kemajuan teknologi dan genetika unggas modern. Hal itu menuntut para pelaku usaha perunggasan harus menguasai secara detail dan senantiasa mendapatkan info teknologi terbaru -sehingga bisa mendapatkan hasil yang optimal dalam menjalankan usahanya.
Dalam memmbudidayakan ayam modern seperti saat ini, terdapat faktor teknis dan non teknis yang harus diperhatikan. Khusus untuk faktor teknis, antara lain genetika, kondisi lingkungan, pakan, dan penyakit. Untuk dapat meraih hasil yang optimal para pelaku wirausaha unggas harus mampu memahami faktor teknis perunggasan tersebut.
Hal itu dibahas dalam Poultry Preneur Academy (PPA) #Seri3 yang mengangkat topik “Manajemen Teknis Pendukung Kewirausahaan Perunggasan Nasional”, pada 12 April 2021 melalui aplikasi daring. Acara dipandu oleh moderator M. Rizal Farah Firdaus selaku ketua Umum PB ISMAPETI, dan pembawa acara (MC) Ni Kadek Ariani selaku peserta Poultry Preneur Academy Generasi 1.
Pada PPA yang direncanakan untuk diselenggarakan secara rutin tiap tahun tersebut, telah diseleksi dengan ketat peserta mahasiswa untuk mendapat pembekalan yang memadai seputar kewirausahaan perunggasan, selama dua bulan, yakni Maret hingga April 2021. Pembekalan meliputi 4 pleno atau seri. Selanjutnya 73 mahasiswa terpilih tadi mendapat pembekalan lanjutan dengan adanya berbagai tugas dan presentasi terkait kewirausahaan perunggasan, dengan dipandu oleh para fasilitator agar pelaksanaan tugas dan pembelajaran dapat berlangsung lancar.
Webinar yang digelar untuk yang ketiga kalinya tersebut diselenggarakan oleh Indonesia Livestock Alliance (ILA), bekerja sama dengan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), dan Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) tersebut membahas empat hal penting aspek teknis perunggasan, yakni Pemahaman tentang Program Vaksinasi Unggas dan Pengalaman Tata Kelolanya yang dibahas oleh Veterinary Service Coordinator PT Ceva Animal Health Indonesia Ismail Kurnia Rambe; Pemahaman tentang Peran Penting Feed Additive di Industri Perunggasan, dan Pengalaman Tata Kelolanya yang dibahas oleh Country Manager Sumitomo Chemicals Asia Sumardi, S.Pt., MM; Pemahaman Feed Supplement dan Peran Pentingnya di Industri Perunggasan, serta Pengalaman Tata Kelolanya yang dibahas oleh Technical Director PT Nutricell Pacific Dr. Wira Wisnu Wardani; serta Pemahaman tentang Peran Penting Kesehatan Hewan di Industri Perunggasan, dan Pengalaman Tata Kelolanya yang dibahas oleh Technical Manager PT Pimaimas Citra Drh. Andi Wijanarko.
Dalam kesempatan itu, Country Manager Sumitomo Chemicals Asia Sumardi menjelaskan tentang pakan yang menjadi faktor penting dalam performa dan produksi ayam. Apalagi kontribusi pakan di perunggasan mencapai 75 % termasuk di dalamnya feed additive yang merupakan bahan baku pakan tetapi tanpa memengaruhi nutrisi pakan. Fungsinya adalah mensejahterakan hewan ternak dan unggas. Juga mampu mencegah penyakit dan sebagai penambah nafsu makan. Selain itu, sebagai pengawet bahan pakan.
Apalagi pakan komersial membutuhkan penyimpanan yang mengakibatkan kondisi pakan tetap berkualitas dan prima. Sesuai dengan nutrisi yang ada tidak berkurang selama penyimpanan. “Pastinya meningkatkan performa ayam dan produksi dan menurunkan mortalitas,” kata Sumardi.
Technical Director PT Nutricell Pacific Wira Wisnu memaparkan tentang konsekuensi dari upaya mengoptimalkan potensi genetik ayam, yakni dengan memenuhi nutrisi ayam dalam meningkatkan satu kilogram ayam, termasuk dari sisi energi, asam amino, asam lemak, makro dan mikro mineral dan juga vitamin.
“Hal itulah yang disebut dengan feed suplement,” kata Wira. Feed supplement adalah termasuk zat nutrisi untuk ayam, yang sebenarnya sudah terdapat dalam bahan pakan namun secara kualitas masih kurang. Ia mencontohkan pemberian jagung pada hari ini, dan kemudian esoknya diganti dengan gandum. Tentu kandungan nutrisi keduanya berbeda, sehingga sangat diperlukan adanya feed supplement untuk menutup kekurangan zat nutrisi tersebut.
Tidak hanya sumber bahan pakan seperti jagung, bungkil kedelai, bahkan dedak sangat bervariasi. Ketika sistem panen, waktu, pengolahannya berbeda maka kandungan nutrisinya juga akan berbeda. Di sinilah peran penting feed supplement diperlukan.
Technical Manager PT Pimaimas Citra Andi Wijanarko lebih banyak membahas mengenai tata kelola biosekuriti sebagai upaya pengendalian penyakit sejak dini, Andi Wijanarko menjelaskan pada prinsipnya biosekuriti di lapang harus memiliki konsep dasar biosekuriti 3 zona.
Ketiga zona itu yaitu zona merah, kuning dan hijau, yang merupakan faktor penting agar dapat mengendalikan penyakit yang nantinya akan menghasilkan performa dan produksi ayam yang optimal. Program pencegahan penyakit dengan penerapan biosekuriti tersebut harus pula dibarengi dengan program vaksinasi yang baik. Pencegahan untuk penyakit yang disebabkan oleh virus adalah melalui program vaksinasi yang sesuai, tepat guna, tepat dosis, dan tepat waktu.
Veterinary Service Coordinator PT Ceva Animal Health Indonesia Ismail Kurnia Rambe menambahkan tentang pengendalian penyakit dengan program vaksinasi yang ketat dan tertata. Salah satu aspek penting dalam manajeman perunggasan broiler dan layer adalah program vaksinasi. Program tersebut harus sesuai dengan tantangan yang ada di lapangan dan juga genetik ayam yang membutuhkan performa yang semakin optimal.
“Saat ini sudah banyak dilakukan vaksinasi di hatchery. Syaratnya, harus didukung dengan teknologi yang mumpuni juga peralatan yang aman. Agar terbukti dapat diaplikasikan di hatchery yang didukung dengan program audit vaksinasi yang baik. Dengan Global Protection System (GPS) yang kami miliki di lapangan, akan mempermudah dalam monitoring kesuksesan program vaksinasi di hatchery maupun di level farm berdasarkan status epidemiologinya,” kata Ismail. AP