agropustaka.id, kabar. Peternakan merupakan mata pencaharian utama sebagian besar warga Desa Tegaltirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya kelompok ternak yang ada di desa tersebut, terdapat 17 kelompok ternak dengan rata populasi perkelompok di atas 100 ekor.
Tujuan pemeliharaan dari setiap kelompok ternak adalah mendapatkan anak, atau lebih dikenal dengan usaha pembiakan (breeding). Masyarakat mendapatkan keutungan dari penjualan pedet atau indukan yang sudah afkir.
Hal itu dibahas dalam sebuah lokakarya yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan UGM yang mengupas tentang hasil dari program pendampingan masyarakat selama 5 bulan. Lokakarya tersebut dihadiri oleh perwakilan Kepala Desa Tegaltirto, Kepala Dukuh Semoya, Ketua Gapoktan dan dari pihak Fakultas Peternakan UGM.
Dalam lokakarya tersebut, Sugito, selaku perwakilan Kepala Desa Tegaltirto menyampaikan bahwa hasil pendampingan selama 5 bulan berbuah manis dengan dihasilkannya dua produk utama yaitu pupuk kompos dan pakan komplit fermentasi. “Ke depannya, Tegaltirto akan diarahkan menjadi Desa Lumbung Organik,” papar Zaelani selaku perwakilan UPTDBP4 Berbah, pada Minggu (28/11).
Banyaknya ternak di desa tersebut menimbulkan beberapa permasalahan, di antaranya pemenuhan kebutuhan pakan hijauan, pengelolaan kotoran ternak dan pendataan ternak. Berawal dari permasalahan tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (BEM FAPET UGM) menginisiasi program yang dinamakan “Optimalisasi Potensi Peternakan sebagai Sarana Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Tegaltirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman”.
Program tersebut mendapat bantuan pendanaan dari Kemendikbud di bawah naungan Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D). Program berjalan selama 5 bulan, diawali di bulan diawali di bulan Juli, dan berakhir di November 2021.
BEM FAPET UGM bekerjasama dengan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Berbah dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Penyuluhan Pertanian Pangan dan Perikanan (UPTD BP4) Berbah bertugas mengawal berjalannya program tersebut.
Kegiatan dalam program terbagi dalam 3 kegiatan utama, yaitu pembuatan pakan komplit, pembuatan pupuk kompos dan pembuatan catatan ternak. Pakan komplit dibuat dengan memanfaatkan berbagai limbah pertanian yang tersedia ditambahkan sumber protein dan premix lalu difermentasi.
Respon peternak sangat baik dan sudah diaplikasikan untuk beberapa ternak yang akan digunakan untuk usaha penggemukan. Limbah kotoran ternak yang melimpah sudah berhasil diolah menjadi pupuk kompos dengan penambahan bakteri dan limbah pertanian. Saat ini pupuk kompos sudah siap untuk dipasarkan.
Harga jual pupuk kompos yang sudah dikemas adalah Rp 8.000 rupiah untuk ukuran 5 kg dan Rp 15.000,- untuk ukuran 10 kg. Sebelumnya, harga kotoran sapi ini hanya Rp 300 – 700/kg.
Pencatatan ternak yang sebelumnya masih belum tertata, saat ini sudah mulai tertata dengan adanya identitas ternak. Pencatatan kelahiran, kematian dan segala halnya lebih mudah dengan adanya kartu ternak. Adanya kartu tersebut memudahkan untuk mengamati bagaimana perkembangan kondisi induk khususnya, karena usaha utama di desa ini adalah pembiakan ternak. AP