Sebagai komoditas pangan penting, susu tidak hanya memberikan dampak positif bagi kesehatan, tetapi juga ke sektor lainnya seperti sosial, maupun ekonomi dengan keberadaan peternakan dan pabriknya. Oleh karenanya, agar dapat memainkan peranan secara optimal, industri susu juga harus mampu menyokong keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Kedua hal tersebut umumnya tercantum pada tata laksana pengelolaan ternak sapi perah atau good dairy farming practice (GDFP). Ini wajib dipenuhi dan dipastikan kelayakannya oleh para peternak maupun produsen. Hal ini meliputi kesehatan hewan, proses pemerahan, pakan, hingga kesejahteraan hewan dan lingkungan.
“Sepanjang pengamatan saya, GDFP ini masih belum sepenuhnya diterapkan dengan baik oleh sebagian peternak maupun produsen di Indonesia. Padahal, langkah ini sangat memengaruhi kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan, dan juga kelestarian lingkungan,” kata Epi Taufik dari Fakultas Peternakan IPB dalam peringatan Hari Susu Sedunia bersama Greenfields Indonesia di Malang, Jawa Timur, Selasa, (30/5). Good Dairy Farming Practice atau GDFP juga berkaitan dengan tiga pilar penting soal konsumsi susu yakni:
- Meningkatkan status nutrisi masyarakat
- Memastikan keberlanjutan lingkungan lewat proses produksi yang bertanggung jawab
- Memajukan kesejahteraan masyarakat dan komunitas.
Di mana ketiga pilar ini belum terlaksana secara maksimal di Indonesia. Ini ditandai dengan tingkat konsumsi susu di Indonesia yang masih rendah. Yakni 16,27 kg per kapita per tahun dan tertinggal dari negara-negara tetangga.
Ketiga pilar penting yang terangkum dalam peringatan Hari Susu Sedunia rupanya sejalan dengan komitmen industri susu dengan peternakan terbesar di Indonesia, yakni Greenfield Indonesia. Industri susu yang terletak di lereng Gunung Kawi, Malang ini berupaya menyediakan nutrisi terbaik melalui produk-produk berkualitas yang diproduksi secara bertanggung jawab di peternakannya sendiri.
Ini adalah bentuk kontribusi untuk menopang ketahanan pangan nasional, kesejahteraan komunitas lokal, dan terwujudnya ekonomi sirkular di seluruh lingkungan fasilitasnya. CEO Greenfields Indonesia Andre Rompis menjelaskan bahwa industri susu ini bermula dari bisnis peternakan yang didirikan oleh para profesional di bidang agrobisnis pada 1997 lalu. “Sehingga kami sangat memahami pentingnya mengelola dan menjaga kenyamanan seluruh sapi kami yang saat ini berjumlah lebih dari 19.000 ekor, dari jenis Holstein dan Jersey,” kata Andre.
“Kami menjalankan ‘Greenfields Farming Philosophy’, best practice dairy farming management yang menjamin baiknya kuantitas dan kualitas produk mulai dari peternakan, proses produksi hingga tiba di tangan konsumen. Seluruh rangkaian proses produksinya dikawal oleh para ahli dan tenaga profesional terpercaya,” imbuhnya.
Salah satu bentuk implementasi GDFP adalah menjaga sapi tetap bahagia (happy cows). Ini terbukti membuat sapi jadi lebih produktif. Susu yang dihasilkan mencapai 34 liter per sapi atau hampir tiga kali lipat dari rata-rata produktivitas sapi dari peternakan lain.
Rata-rata produksi susu sapi segar di peternakan ini mencapai hingga 97 ribu ton setiap tahun atau kurang lebih 10 persen dari total produksi susu sapi dalam negeri (SSDN) 2022.
Beberapa cara membuat sapi tetap bahagia adalah dengan pemberian pakan sehat dengan rumput odot yang dicampur konsentrat. Air minumnya pun langsung dari gunung. Selain itu, sapi ditempatkan di lingkungan dengan udara sejuk. Setiap kandang dibersihkan secara rutin dan dilengkapi blower untuk menjaga aroma kandang.
Sapi-sapi juga mendapat perawatan kesehatan, perawatan kuku, dan susunya diperas menggunakan mesin khusus yang otomatis dan menyesuaikan dengan puting sapi sehingga tidak melukai sapi. Guna menghindari wabah penyakit kuku dan mulut (PMK), peternakan menerapkan biosecurity yang ketat, yakni biosecurity level 3.
Setiap orang yang masuk ke area peternakan harus disemprot disinfektan dan mengenakan sepatu boots. Mengingat, penyakit ini sangat mudah menular melalui airborne dan bisa menyebabkan kematian pada sapi serta kerugian besar bagi peternak. Dengan penerapan biosecurity, sapi-sapi dapat terhindar dari wabah PMK. Hingga kini, peternakan ini tak melaporkan satu pun kasus PMK. (ap/liputan6)