Agropustaka.id, Kabar. Salah satu aspek krusial dalam pemeliharaan ayam ras adalah bagaimana peternak mempersiapkan manajemen kesehatan ayamnya. Dimana, secara umum status kesehatan ayam dipengaruhi beberapa hal, seperti kondisi umum ayam, lingkungan, hingga challenge penyakit dalam farm tersebut.
Hal ini seperti yang diutarakan oleh Chief Operating Officer (COO) dan Co-Founder BroilerX Pramudya Rizki Ruandhito dalam sebuah seminar daring Poultry Indonesia Forum yang mengangkat tema “Jejak Kasus dan Proyeksi Penyakit Ayam Ras”, Kamis (21/12).
“Secara umum, di tahun 2023 penyakit pada unggas relatif sama dengan pola penyakit yang terjadi pada tahun – tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari kami tidak ada penemuan kasus penyakit yang baru, mungkin monggo saja kalau ada data lain. Pada ayam broiler, kasus Chronic Respiratory Diseases (CRD), Colibacillosis dan Coryza masih menjadi penyakit bakterial yang banyak dijumpai di lapangan. Sedangkan untuk penyakit viral pada ayam broiler masih didominasi oleh Infectious Bursal Disease (IBD)/Gumboro dan Newcastle Disease (ND). Selain itu, kasus coccidiosis juga harus menjadi perhatian bagi para peternak. Dan pada tahun 2023 ini, dengan adanya el nino suhu udara lingkungan menjadi terasa lebih panas, sehingga saya melihat banyak kasus heat stress di lapangan terutama di kandang open housed. Hal ini tentu membutuhkan treatment ekstra, agar tidak menjadi faktor pemicu kasus-kasus penyakit lainnya,” kata Pramudya Rizki Ruandhito.
Untuk ayam layer, Pramudya Rizki Ruandhito melihat bahwa CRD, Colibacillosis dan Coryza juga menjadi penyakit bakterial yang sering dijumpai di lapangan. Sementara untuk penyakit viral yang sering menyerang ayam layer pada tahun 2023 adalah ND, Avian Influenza (AI) dan (Infectious laryngo tracheitis) ILT. Adapun penyakit lain yang tidak bisa dianggap enteng pada ayam layer selama tahun 2023 adalah dari parasit seperti coccidiosis, ektoparasit dan cacing.
“Beberapa penyakit ini sering terjadi di kandang internal kami. Walaupun biasanya berbagai obat dan penanganan juga telah diberikan, namun penyakit ini masih menjadi momok bagi para peternak, sehingga perlu adanya evaluasi dan perbaikan dari keseluruhan manajemen pemeliharaannya. Pasalnya pelaksanaan manajemen pemeliharaan yang baik dan tepat sangat diperlukan untuk mendukung program kesehatan dalam peternakan. Tak boleh ketinggalan, tindakan preventif seperti vaksinasi, sanitasi dan biosekuriti, hingga istirahat kandang yang cukup sangat diperlukan,” papar Pramudya Rizki Ruandhito.
Menurut Pramudya Rizki Ruandhito, program istirahat kandang ini masih sering diabaikan oleh peternak dengan alasan efisiensi produksi. Biasanya mereka mengejar 8 kali siklus produksi dalam 1 tahun, sehingga istirahat kandang sering ditinggalkan. Padahal, istirahat kandang menjadi sebuah program yang sangat penting, untuk memutus mata rantai kasus penyakit dalam kandang.
“Secara periodik, monitoring kesehatan dengan uji laboratorium juga sangat diperlukan. Dan yang tak kalah penting, perlu adanya edukasi ke peternak mengenai penyakit unggas beserta pencegahan dan penanganannya. Karena bagaimanapun juga, indikator kualitas SDM ini juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program kesehatan dalam kandang.
Untuk menunjang program kesehatan, perlu dipergunakan teknologi tepat guna untuk mampu mendeteksi penyakit. Untuk saat ini, memang di BroilerX teknologi tersebut belum ada. Tapi kami sedang mengembangkan teknologi yang bisa mendeteksi penyakit lebih dini, sehingga bisa dicegah dan tidak semakin parah. Mungkin tahun depan sudah bisa kami rilis,” tegas Pramudya Rizki Ruandhito. AP