Agropustaka.id, Kabar. Pakan merupakan komponen terbesar dalam usaha budidaya: dalam budidaya ayam mencapai 70%, udang 50-55%, dan ikan mencapai 70-75%. Saat ini menurut data dari Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) terdapat 110 pabrik pakan yang tersebar di 10 provinsi di Indonesia, dengan kapasitas terpasang pada 2022 sebesar 30,12 juta ton per tahun.
Manakala terjadi kenaikan harga pakan yang disebabkan oleh kenaikan bahan baku pakan, maka setiap perusahaan pakan meresponnya dengan cara yang berbeda-beda, karena hal itu tergantung pada manajemen bahan pakan dan formulasi, serta strategi marketing dan kebijakan terkait harga di tiap-tiap perusahaan.
Saat ini, “tantangan industri pakan yakni ketersediaan bahan pakan lokal, yakni jagung yang produksinya diprediksikan menurun, harga bahan pakan impor dan lokal yang meningkatnya, melemahnya nilai tukar rupiah, serta regulasi tentang pengaturan bea masuk anti dumping dan PPN,” kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo dalam seminar bertema “Sustainability Feed Industry in Indonesia 2024”, di Cibubur,(14/11).
Ia memaparkan, dampak adanya El Nino pada beberapa waktu yang lalu yang berimbas pada musim kemarau yang panjang di tahun 2023 lalu telah membuat panen jagung di Q1 2024 akan mengalami kemunduran dan ketersediaan hingga Q2 2024, sehingga terjadi keterbatasan jagung lokal. Adapun tentang harga bahan impor yang meningkat, adalah akibat dari situasi geopolitik global dan harga serta situasi panen di negara negara produsen dan pengekspor bahan pakan.
Sedangkan melemahnya nilai tukar rupiah telah berdampak terutama terhadap harga bahan pakan impor yang volumenya mencapai 30 35% dalam formulasi pakan. Berkaitan dengan regulasi pemerintah yakni,”Regulasi terkait fasilitas pembebasan PPN untuk bahan pakan ternak dan ikan serta pengenaan bea masuk anti dumping (BMAD) produk asam amino tertentu,” kata Desianto.
Atas berbagai tantangan yang ada, GPMT memperkirakan produksi pakan agro di tahun 2024 akan tumbuh sebesar 5 dari tahun 2023 atau sekitar 19 juta ton. Beberapa faktor yang mendasari perkiraan pertumbuhan itu antara lain yakni, tahun 2024 merupakan tahun politik yang mana tahun 2024 ini adalah terjadi perhelatan pesta demokrasi dimana diharapkan ekonomi masyarakat akan tumbuh serta banyaknya program pemerintah yang akan disalurkan kepada masyarakat termasuk produk produk protein hewani.
Pertimbangan berikutnya adalah, diperkirakan tahun 2024 tidak terjadi El Nino sehingga kebutuhan jagung. Pertimbangan lainnya adalah adanya program pemerintah untuk melakukan peningkatan produksi beras dan jagung. Lebih jauh Desianto menandaskan, kalau pada 2023 lalu industri pakan nasional tumbuh sekitar 1-3%, maka pada 2024 ini diperkirakan tumbuh sekitar 5% seiring dengan meningkatnya perekonomian Indonesia dan adanya perhelatan pesta demokrasi 2024, serta bantuan sosial dan kegiatan pemerintah yang menyertakan produk protein hewani.
Untuk mewujudkan hal tersebut, sangat dibutuhkan adanya pengaturan regulasi tentang bea masuk anti dumping (BMAD) dan juga PPN bagi bahan pakan yang lebih berpihak pada industri pakan. Demikian juga dengan ketersediaan jagung sebagai bahan pakan utama industri pakan, perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah, terutama terkait data produksi dan stabilisasi ketersediaan dan harga. AP