agropustaka.id, Kabar. Karakteristik peternakan di Indonesia pada umumnya pemilikan ternak herbivora di Indonesia masih relatif sedikit, minim manajemen, dilakukan secara turun-temurun, tidak efisien, sebagai komplementasi usaha tani tanaman pangan, dan bergantung pada kearifan alam serta tidak berorientasi bisnis.
Dalam hal ternak kerbau, hampir seluruh provinsi di Indonesia, populasi kerbaunya semakin berkurang, minat memelihara yang merosot kibat adanya proyek 1000 desa sapi dari pemerintah, persediaan lahan gembala atau pastura yang semakin berkurang karena alih fungsi lahan. Selain itu kondisi peternakan kerbau di Indonesia saat ini juga diwarnai dengan maraknya daging kerbau India dan sapi dari Australia.
“Dalam hal minat penelitian ternak kerbau dari dosen, mahasiswa dan peneliti, juga masih sangat minim,” kata Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Mataram Prof. Ir. Suhubdy Yasin, M.Sc., Ph.D saat sesi orasi dalam rangkaian acara Pelantikan Wilayah Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI).
Acara yang dilaksanakan melalui sebuah aplikasi daring pada 21 Januari 2021 tersebut, berdasarkan hasil kesepakatan bersama, Ketua Umum Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) Prof Dr Nahrowi telah mengangkat 19 dewan pengurus wilayah/universitas, serta menetapkan 14 perwakilan wilayah untuk membentuk dewan pengurus wilayah.
Hasil keputusan tersebut disampaikan oleh Sekjen AINI Dr. Osfar Sjofjan pada 21 Januari 2021 melalui sebuah aplikasi daring, dan diikuti oleh para perwakilan pengurus AINI Pusat maupun daerah.
Selain Suhubdy, orasi juga disampaikan oleh Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt yang menyampaikan orasi ‘Fokus Kajian dalam Pengembangan Industri Peternakan’, serta Wahyu Darsono, S.Pt., MSi yang menyampaikan orasi ‘Aplikasi Teknologi Digital dalam Integrasi Sapi-Sawit’.
Lebih lanjut Suhubdy memaparkan, kerbau merupakan salah satu ternak yang sangat potensial untuk menjadi andalan bagi sumber protein hewani -dengan sejumlah kelebihan yang dimilikinya. Untuk mengembangkan ternak kerbau di Indonesia, masalah utama yang harus segera diselesaikan adalah masalah ketersediaan pakan.
“Pertumbuhan populasi terkendala oleh ketersediaan pakan yang kontinyu,” ujarnya. Ia menambahkan, padang rumput alam atau buatan adalah sumber pakan herbivora yang potensial. “Kapasitasnya urgen untuk ditingkatkan, baik kualitas maupun kuantitasnya,” tandas Suhubdy.
Upaya pengembangan peternakan kerbau berikutnya menurutnya adalah, masyarakat peternakan terutama yang memanfaatkan pada rumput haruslah melakukan konservasi fisik, sosial-budaya, dan membentuk organisasi pengelolaannya. Sangat perlu pula dibuat regulasi dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan pada rumput dan pastura.
“AINI diharapkan mampu menjembatani antara pasturalis denga perguruan tinggi, sumber dana dan pebisnis,” kata Suhubdy di akhir orasinya. AP