Agropustaka.id, Pemikiran. Peste des petits ruminants atau PPR adalah penyakit bersifat wabah (peste) pada ruminansia kecil, terutama kambing dan domba. Meski tak menular ke manusia, kerugian ekonomi yang diakibatkannya sangat besar, karena jumlah ternak tertular banyak, dengan tingkat kematian berkisar 50-80 persen (CIRAD Lab).
Penyebab PPR adalah genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Dalam genus ini termasuk virus measles (campak anak-anak), rinderpest (sapi), dan distemper (anjing).
Hanya ada satu serotipe virus PPR, tetapi secara molekuler ada empat lineage (I, II, III, IV). Rinderpest pernah menyebar ke Indonesia (1879- 1880), tetapi seluruh dunia telah bebas pada Juni 2011 (Tri Satya Naipospos, 2011). Distemper masih banyak ditemukan dokter hewan praktisi pada anjing yang tidak divaksin.
PPR dilaporkan pertama kali di Pantai Gading, Afrika Barat, tahun 1942 (Ismail dkk, 1995). Dari Afrika Barat, PPR menyebar ke banyak negara di Afrika. Kemudian, PPR keluar dari Afrika, ke utara (Turki dan Timur Tengah), ke timur (Pakistan). India tertular pertama kali tahun 1987 di Tami Nadu (Shaila dkk, 1989), kemudian menyebar ke seluruh negeri. Saat ini PPR bersifat endemik di India.
Pada Juli 2007, wabah PPR ditemukan di Tibet, Cina. Kajian virus secara molekuler menunjukkan PPR di Tibet punya kedekatan dengan PPR asal Pakistan (PloS One 2021). Di Provinsi Heilongjiang, Cina, pasar hewan Shandong dinilai sebagai tempat penularan, kemudian menyebar ke tempat lain (Wang dkk, 2015).
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH/OIE) memberitakan, negara Asia Tenggara yang pertama kali tertular PPR adalah Thailand (8/2/2021) karena mengimpor kambing dari Afrika Barat.
Waspada Indonesia
Merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) di berbagai daerah menjadi bencana bagi peternak ruminansia atau hewan memamah biak yang berkuku belah. Para peternak tidak berpangku tangan. Berbagai siasat ditempuh demi menyelamatkan aset dari ganasnya virus PMK. Apapun ditempuh demi kesehatan ternak.
Indonesia yang mempunyai populasi kambing 19,23 juta dan domba 17,9 juta (BPS, 2021), menurut Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2016- 2020), lima provinsi dengan populasi kambing dan domba terbanyak adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Banten. Sebagian besar peternak kambing atau domba adalah peternak kecil sehingga ancaman PPR dinilai sangat serius.
Untuk mewaspadai penyebaran PPR ke Indonesia dan mengatasi apabila sudah menyebar luas, kita perlu mengetahui cara penularan, ciri penyakit, dan pencegahannya.
Penularan PPR terjadi lewat percikan (droplet) dari saluran pernapasan. Di Indonesia, pasar hewan merupakan tempat berkumpulnya kambing, domba, dan ternak lain dari berbagai tempat. Tak ada jaga jarak antarternak di pasar sehingga jika ada PPR, mudah terjadi penularan. Selama sakit, virus disebarkan lewat sekresi. Namun, setelah sembuh, tidak mengeluarkan virus lagi (tidak ada carrier state). Ini berbeda dengan penyakit mulut dan kuku (PMK). Dan karena sebagian besar peternak kambing atau domba adalah peternak kecil, maka ancaman PPR dinilai sangat serius.
Daging segar ataupun beku tidak menularkan PPR; begitu juga vektor seperti nyamuk dan caplak. Penularan PPR lebih mudah dikontrol ketimbang PMK. Indonesia sebagai negara kepulauan relatif mudah mencegah masuknya PPR dibandingkan negara yang berbatasan darat. Perlu pengawasan ketat lalu lintas kambing domba dari negara tertular. Pengalaman masuknya PMK ke Indonesia lewat kambing Saanen dari Thailand secara ilegal diharapkan tak terjadi lagi karena bisa membawa masuk PPR.
Kliniko-patologi dan diagnosis
Masa inkubasi PPR 2-6 hari. Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, diikuti munculnya erosi pada mukosa mulut, diikuti diare dan radang paru. Karena ada luka di mulut, nafsu makan turun sehingga berat badan pun turun.
Pada otopsi ditemukan erosi mukosa mulut dan faring. Perubahan yang mencolok ditemukan pada abomasum dan rektum (usus besar), berupa perdarahan berbentuk garis-garis sehingga disebut zebra stripes (Robertson, 1976).
Kecurigaan munculnya PPR secara klinis dan epidemiologis perlu diteguhkan dengan RT- PCR. Indonesia cukup mampu melakukan peneguhan diagnosis karena terdapat sejumlah laboratorium kesehatan hewan, tersebar dari Medan, Bukittinggi, Bandar Lampung, Subang, Wates, Denpasar, Banjar Baru, hingga Maros.
Di Bogor juga ada Balai Besar Penelitian Veteriner. Laboratorium-laboratorium ini berpengalaman menggunakan teknik PCR, seperti ketika terjadi wabah African swine fever (2019) dan PMK (2022).
Langkah vaksinasi
Untuk mencegah penularan PPR, telah tersedia vaksin aktif (live-attenuated vaccine). Galur vaksin yang paling banyak dipakai adalah Nigeria 75/1 (dikembangkan oleh CIRAD, Perancis, dan Pirbright Institute, Inggris). Di samping itu, ada pula galur Sungri 96 yang dikembangkan India. Vaksin galur Nigeria 75/1 sangat bagus karena dengan sekali suntik bisa menghasilkan kekebalan selama tiga tahun.
Seandainya terjadi wabah PPR terdeteksi dini, tindakan terbaik adalah melakukan eliminasi segera kambing dan domba tertular, kemudian dilaksanakan penutupan wilayah agar tidak terjadi penyebaran ke wilayah yang masih bebas.
Pasar ternak perlu ditutup terhadap kambing dan domba, tetapi sapi dan kerbau tetap bisa diperdagangkan. Jika penyakit telah menyebar luas, diperlukan vaksinasi menggunakan vaksin aktif.
ap/kcm/Soeharsono Mantan Penyidik Penyakit Hewan