Agropustaka.id, Pemikiran. Pernahkah mendengar bahwa ada kerbau yang hidupnya di rawa bergambut? Dia adalah kerbau rawa, atau Bubalus bubalis carabanesis. Kerbau rawa merupakan spesies binatang yang hidup di rawa gambut, sebuah ekosistem khas yang terdiri dari lahan berawa yang ditutupi oleh gambut yang sangat penting bagi keseimbangan lingkungan.
Kerbau rawa juga punya peran penting sebagai plasma nutfah di Indonesia. Plasma nutfah adalah sumber daya genetik dari tumbuhan atau hewan yang ada di suatu daerah tertentu. Plasma nutfah ini punya nilai penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan memastikan keberlanjutan ekosistem. Kerbau rawa di Indonesia memiliki variasi genetik yang tinggi, dan menjadi bagian dari plasma nutfah lokal.
Kerbau rawa di Indonesia terutama ditemukan di daerah rawa gambut di Sumatera dan Kalimantan. Sumatera Selatan termasuk salah satu dari 10 provinsi di Indonesia yang memiliki potensi untuk mengembangkan kerbau rawa tepatnya di Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Kerbau rawa ini yang lebih dikenal dengan nama kerbau rawa Pampangan dalam pemanfaatan ternaknya bisa ditemukan di beberapa desa seperti Desa Pulau Layang, Menggeris, Kuro, Bangsal, dan Pampangan, sedangkan untuk pemanfaatan susu kerbau menjadi produk olahan lain hanya ada di Desa Pulau Layang, Kuro, dan Bangsal.
Kerbau rawa Pampangan punya keunikan tersendiri dibandingkan kerbau rawa lain yaitu bisa makan sambil menyelam. Keunikan ini tentunya menjadi daya tarik kerbau rawa Pampangan, di mana dalam pemeliharaannya juga dilakukan dengan cara tradisional. Penggembalaan tradisional ini dilakukan dengan melepaskan gerombolan kerbau rawa dari kandangnya dan membiarkannya untuk mencari makan di perairan rawa sejak pagi hari dan menjelang senja kerbau rawa akan kembali masuk ke dalam kandang atau bangsal (sebutan kandang kerbau rawa).
Pentingnya Kerbau Rawa dalam Menjaga Ekosistem Gambut
Kerbau rawa ternyata punya peran penting dalam menjaga kelembapan tanah. Ketika kerbau rawa berkeliaran di daerah rawa, mereka secara tidak sengaja membawa air ke permukaan tanah melalui kukunya yang lebar. Hal ini menyebabkan tanah menjadi lebih lembab dan dapat menahan air dengan lebih baik. Selain itu, kerbau rawa juga dapat memperbaiki kualitas tanah dengan mencampurkan kotoran dan lumpur yang membantu meningkatkan kandungan nutrisi tanah. Menurut cerita dari penduduk lokal di Desa Bangsal, Kecamatan Pampangan OKI, sistem penggembalaan tradisional secara tidak langsung berperan dalam memelihara kesuburan tanah pertanian maupun biota perairan, karena pada saat kerbau dilepas dari kandangnya, peternak menumpuk kotoran kerbau di punggung kerbau, hal ini dilakukan selain untuk membersihkan kendang, kotoran yang menempel di punggung kerbau akan terjatuh saat menuju tempat merumput sehingga kotoran tercecer di tanah serta larut di air.
Feses kerbau ini menumbuhkan biota perairan dan menambah nutrisi tanah. Ketika rawa surut dan dapat ditanami padi, lahan telah subur secara alami berkat peran penting kerbau rawa ini. Selain menjaga kelembapan tanah, kerbau rawa juga dapat membantu mengurangi risiko kebakaran hutan. Di musim kemarau, daerah rawa dan gambut dapat dengan mudah terbakar karena kondisi yang kering. Namun, dengan adanya kerbau rawa yang berkeliaran di daerah tersebut, mereka dapat memadatkan tanah dan membantu menahan air.
Hal ini membuat daerah rawa menjadi lebih lembap dan dapat mengurangi risiko kebakaran hutan yang sering terjadi di Indonesia. Tentunya dengan adanya keberadaan kerbau rawa maka secara tidak langsung dapat mempertahankan ekosistem rawa gambut dari ancaman konversi menjadi kebun sawit. Dengan begitu, kerbau rawa memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan alam dan ekosistem di sekitar kita.
Potensi Ekonomi Kerbau Rawa
Tidak hanya itu, kerbau rawa juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai sumber pangan. Daging dan susu kerbau rawa menjadi sumber protein yang penting bagi masyarakat, terutama di daerah pedesaan. Salah satu produk olahan susu yang dihasilkan kerbau rawa adalah gulo puan. Gulo Puan merupakan salah satu makanan khas di Provinsi Sumatera Selatan, khususnya daerah Kabupaten OKI.
Gulo Puan memang dikenal sebagai makanan ringan yang memiliki rasa manis dan sering dikonsumsi oleh kaum bangsawan, sehingga harganya pun cukup mahal, mencapai Rp170.000 per kilogram jika sudah dikemas oleh BUMDes.
Makanan olahan tradisional Sumatera Selatan berbahan susu kerbau rawa dan gula yang kini langka ini juga biasa disajikan bersama teh atau kopi. Salah satu BUMDes yang mengusahakan gulo puan ada di Desa Bangsal. Namun, BUMDes bernama “Teratai Indah” ini memiliki prinsip tidak mengejar profit dan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat, sehingga mereka hanya membeli gulo puan dari produsen dengan harga Rp150.000 per kilogram, yang lebih tinggi daripada harga jual langsung ke konsumen.
Saat ini gulo puan sudah memiliki sertifikat halal dari MUI dan izin usaha, dan sedang menunggu keluarnya label BPOM. Potensi ekonomi yang dihasilkan kerbau rawa sebenarnya tidak hanya berupa daging dan produk turunan susunya saja, namun lebih dari itu, kotoran kerbau rawa pun juga bernilai ekonomi. Hal ini telah dibuktikan dari penjualan pupuk organik padat dan pupuk organik cair yang dilakukan oleh kelompok masyarakat desa (Pokmas Ulak Kuto Mandiri).
Pupuk organik cair dan pupuk organik padat mulai banyak diminati untuk budidaya tanaman padi organik/alami dan dijual dengan harga masing-masing Rp25.000 per botol (1 liter) dan Rp15.000 per karung. Harga ini relatif lebih murah dibandingkan dengan pupuk lain seperti pupuk urea dan NPK.
Tantangan Pengembangan Kerbau Rawa
Namun, seperti halnya hewan ternak lainnya, kerbau rawa juga memiliki berbagai tantangan dan masalah dalam pengembangannya. Masalah seperti degradasi habitat, kesehatan hewan, dan kurangnya perhatian dari masyarakat dan pemerintah menjadi tantangan yang harus diatasi. Dalam upaya menjaga keberlangsungan kerbau rawa, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengembangkan teknologi dan metode pemeliharaan ternak yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Tak hanya itu, pengembangan pasar dan pemasaran produk-produk hasil dari kerbau rawa juga perlu diperhatikan agar dapat meningkatkan nilai ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dengan menjaga keberadaan kerbau rawa, kita tidak hanya dapat menjaga ketahanan pangan di Indonesia, tetapi juga dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, ekonomi, dan lingkungan. Kerbau rawa memang hanya sejenis hewan ternak, namun memiliki potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan manusia dan menjaga kelestarian alam.
ap/kcm/Mohamad Iqbal, S.Hut, M.Si, Peneliti di Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, BRIN