Blitar, Gudang Telur Nasional

Agropustaka.id, Pemikiran. Jawa Timur merupakan gudang pangan nasional, terutama telur ayam ras. Jawa Timur menyumbang 89,378 juta ekor (23,61%) dari 378,591 juta ekor ayam petelur dan 1,389 juta ton (21,97%) dari 6,323 juta ton produksi telur nasional. Sentra populasi dan produksi ayam petelur di Jawa Timur terletak di Kabupaten Blitar dengan kontribusi terhadap populasi dan produksi masing-masing sebesar 37,90% dan 33,14%. Jumlah peternak rakyat di Blitar sekitar 7.372 peternak dan peternak skala perusahaan mencapai 436. Total populasi ayam ras petelur di Blitar mencapai 22 juta ekor dengan produksi telur sebanyak 1.150-1.200 ton per hari.

Jika dihitung dengan harga rata-rata telur di tingkat peternak Rp20.000/kg maka omzet peternak ayam petelur Blitar mencapai Rp23-24 milyar per hari. Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang mendorong kemajuan peternakan ayam petelur di Kabupaten Blitar.

Pertama, ketersediaan jagung yang melimpah, baik dari Blitar maupun daerah sekitarnya seperti Kediri, Malang, dan Tulungagung yang menopang lebih dari 50% kebutuhan jagung yang dibutuhkan oleh peternak ayam. Secara keseluruhan Jawa Timur merupakan penghasil jagung terbanyak di Indonesia, yaitu sebanyak 5,73 juta ton (21,5%) dari total produksi jagung nasional. Penggunaan jagung dalam pakan unggas berbasis jagung mencapai 50-60%. Peternak ayam petelur Kabupaten Blitar membutuhkan sekitar 1.210 ton jagung sehari. Tingginya kandungan karbohidrat dalam jagung yang mencapai 75,48% menjadikan jagung sebagai bahan pakan king of energy (sumber energi utama) dalam formulasi pakan ayam ras. Selain itu, jagung mengandung karotenoid tinggi yang menghasilkan warna cerah pada kuning telur, daging, kulit dan kaki ayam yang disukai konsumen Indonesia.

Kedua, kemampuan peternak mencampur pakan sendiri (self mixing) dengan membeli konsentrat dari pabrik yang dicampur jagung dan bekatul. Dalam struktur biaya produksi, pakan merupakan komponen terbesar dalam yakni 70-80%. Peternak ayam Blitar membutuhkan sekitar 2.420 ton pakan sehari. Harga pakan pabrikan berkisar Rp7.000-8.000 per kg. Selisih harga pakan hasil mixing sendiri dengan pakan pabrik bisa Rp150-300 per kg. Peternak dengan populasi 100 ribu ekor menggunakan mesin pencampur (mixer) dengan modal sekitar Rp 2 milyar yang dalam satu setengah tahun bisa menghemat Rp550 juta. Peternak dengan populasi di bawah 5 ribu ekor, pencampuran pakan dilakukan secara manual dengan menggunakan skop. Keahlian mencampur pakan ini menyebabkan harga pakan lebih murah, sehingga harga telur mampu bersaing dengan harga telur dari daerah lain.

Ketiga, peternakan ayam petelur sebagai usaha pokok atau sumber penghasilan utama (87-91%) keluarga peternak. Peternakan ayam petelur merupakan usaha padat modal yang harus dikelola secara profesional. Besaran investasi setiap 1000 ekor ayam petelur mencapai Rp 150 juta dengan keuntungan sekitar Rp3 juta per bulan. Bagi peternak di Blitar, usaha peternakan ayam petelur dipandang lebih menguntungkan dibanding usaha peternakan lain, seperti kambing, sapi potong, sapi perah dan ikan koi. Kambing dan sapi potong hanya menguntungkan ketika hari raya Idul Kurban, sapi perah hanya menguntungkan KUD dan pabrik susu, sedangkan ikan koi hanya dibeli orang-orang kaya pada saat tertentu sebagai hiburan.

Keempat, jiwa kewirausahaan peternak yang kuat. Peternakan ayam telur di Blitar memiliki pengalaman yang tangguh dalam menghadapi risiko usaha, baik risiko produksi maupun risiko fluktuasi harga. Pada sisi produksi, ayam petelur sangat rentan terhadap penyakit mematikan seperti flu burung (Avian Influenza, AI). Pada bulan September dan Oktober 2003, wabah AI kali pertama ditemukan pada peternakan ayam di Jawa Timur dan Jawa Barat yang kemudian diidentifikasi sebagai infeksi virus influenza A subtipe H5N1 (A H5N1).

Angka kesakitan dan kematian pada ayam petelur yang ditimbulkan wabah ini adalah 90%. Dalam rentang waktu empat tahun, yaitu sekitar Desember 2003 hingga Desember 2007, wabah flu burung mengakibatkan lebih dari 16 juta kematian unggas di seluruh Indonesia, baik akibat penyakit maupun pemusnahan. Kerugian ekonomi akibat wabah ini antara tahun 2004 hingga 2008 diperkirakan sebesar Rp4,3 triliun. Wabah AI mendapat lebih banyak perhatian dibandingkan penyakit ternak lain karena sifatnya yang menular dari hewan ke manusia (zoonosis) dan dapat menyebabkan kematian pada manusia. Kasus AI pada manusia mulai menyebar sejak tahun 2005. Jumlah kasus yang dilaporkan dari Juni 2005-Desember 2016 sebanyak 199 kasus dengan 167 kematian.

Pada sisi harga, usaha ayam petelur sangat rentan terhadap gejolak harga pakan dan harga jual telur. Gejolak harga telur pernah terjadi pada tahun 1987-1989 dan 1997-1998 ketika terjadi krisis moneter, krisis ekonomi dan krisis politik. Gejolak harga telur kembali terjadi pada tahun 2021-2022. Gejolak diawali kenaikan harga jagung sejak pertengahan 2021. Harga jagung yang semula Rp4000-an per kg melejit menjadi Rp 6000-7000an per kg pada September 2021. Akibatnya, harga pakan pun melambung melampaui Rp8000 per kg dan HPP naik Rp19.000-21.000 per kg.

Kenaikan harga pakan ternyata diperparah dengan anjloknya harga telur yang berkisar Rp14.000-17.000 per kg, sehingga peternak merugi Rp3.000-5.000 per kg. Tidak kuat bertahan dengan permintaan pasar yang rendah, peternak mengurangi populasi ayam petelur 20-30 persen pada saat itu. Hal ini tentu saja mengurangi produksi telur 20-30 persen. Pada Agustus 2022 harga telur melejit sampai Rp30-35 ribu per kilogram dari harga normal sekitar Rp25 ribu per kilogram. Peningkatan harga telur menarik peternak untuk menambah populasi ayam dan secara bertahap akan menimbulkan keseimbangan baru harga telur ayam.

Kelima, konsumsi telur terus meningkat. Konsumsi telur penduduk Indonesia saat ini sebanyak 6,78 kg/kapita/tahun, lebih rendah dibandingkan Malaysia 17,9 kg, Singapura 17,7 kg, dan Thailand 12,4 kg. Konsumsi telur ini akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi. Hal ini berkaitan dengan karakteristik telur yang bergizi lengkap sehingga disebut kapsul gizi atau superfood, berharga murah, tersedia dengan mudah, dan dapat diolah menjadi berbagai jenis menu makanan.

Telur berada pada urutan pertama dalam daftar makanan hewani yang tergolong makanan tersehat di dunia (The World’s Healthiest Foods) versi The Huffington Post (USA), karena menyediakan protein yang sempurna, rendah kalori dan lemak, serta kaya nutrisi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Dr. Don McNamara (2010) dari International Egg Nutrition and Resource Centre USA mengemukakan bahwa menambah sebutir telur sehari pada menu makanan mengurangi risiko PJK (penyakit jantung koroner) dan kanker usus hingga 50%, kanker payudara sampai 40%, degenerasi mokular (penurunan penglihatan) sebesar 9,5%, kasus katarak 11%, sarkopenia (penurunan fungsi dan kekuatan otot) 0,5%, dan kelainan tabung syaraf 20%, serta meningkatkan kecerdasan dan mencegah kepikunan. Pemberian 1 butir telur per hari pada bayi usia 6-9 bulan dapat meningkatkan kecerdasan anak dan mencegah stunting.

ap/bhirawa/sutawi, guru besar agribisnis universitas muhammadiyah malang