Agropustaka.id, Pemikiran. Penanganan penyakit mulut dan kuku atau PMK kini berkejaran waktu dengan ketersediaan ternak kurban. Idul Adha makin dekat, sementara vaksin belum tersedia.
Sejak wabah PMK di Jawa Timur pertama kali terungkap pada akhir April 2022, data siagapmk.id Kementerian Pertanian hingga pukul 15.15, Senin (13/6/2022), menunjukkan, penyakit itu menyebar ke 180 kabupaten/kota di 18 provinsi. Sebanyak 698 ekor ternak mati dan 109.236 ekor ternak belum sembuh.
Ternak yang masih tertular adalah 107.016 sapi, 1.546 kerbau, 239 kambing, dan 435 domba. Jenis ternak ini adalah jenis ternak kurban. Data itu juga menyebutkan belum ada ternak yang divaksinasi. Pemerintah diberitakan sedang menyiapkan vaksin, baik vaksin impor maupun vaksin produksi dalam negeri. Kementerian Pertanian akan mendatangkan tiga juta dosis vaksin dari Perancis untuk kebutuhan darurat. Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Surabaya menyiapkan produksi vaksin dalam negeri sebanyak 1 juta dosis hingga Desember 2022.
Kemampuan produksi Pusvetma jauh lebih kecil dibandingkan tahun 1980-an saat wabah PMK terjadi di Indonesia. Kepala Pusvetma, Edy Budi Susila menyebutkan, tahun 1980-an produksi vaksin PMK bisa mencapai 5 juta dosis. Saat itu wabah PMK mendapat perhatian langsung dari Presiden Soeharto hingga bebas PMK tahun 1990.
Presiden kala itu langsung memberikan dana bantuan presiden (banpres) sebesar Rp 420 juta untuk menambah dana pemberantasan penyakit ternak di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dana itu dipakai untuk mengimpor vaksin dari Australia, antibiotik, dan sarana lain untuk memberantas PMK. Program vaksinasi PMK diminta pada Agustus 1983 saat itu juga.
Saat ini, sebulan setelah Presiden Joko Widodo menerima laporan wabah PMK, vaksin itu masih dalam proses penyiapan. Konsumen membutuhkan ternak kurban sehat. Oleh karena itu, pemerintah perlu meyakinkan masyarakat bagaimana caranya memperoleh ternak kurban yang sehat.
Penyediaan ternak kurban akan menyebabkan lalu lintas ternak tak terhindarkan, yang akan menyebabkan penyebaran virus PMK sulit dikendalikan. Hal ini menjadi dilema, yaitu bagaimana menyediakan ternak kurban yang sehat dengan harga terjangkau, tetapi pada saat yang bersamaan penyebaran virus PMK tetap harus ditekan. Jika tidak, wabah PMK makin menjadi-jadi dan kerugian ekonomi semakin besar. ap/kcm