Agropustaka.id, Kabar. Seiring dengan perkembangan genetik broiler yang semakin baik, maka peternak dituntut untuk lebih memperhatikan manajemen pemeliharaannya. Pasalnya sebagai kompensasi pertumbuhan yang semakin cepat, membuat ayam lebih mudah stres dan mempunyai tingkat sensitivitas yang lebih tinggi. Terlebih dengan kondisi cuaca yang tidak menentu dalam beberapa tahun ke belakang, kian menambah daftar tantangan dalam usaha budi daya broiler. Tak heran, apabila saat ini penggunaan kandang closed house (CH) seolah menjadi sebuah standar baru dalam usaha budi daya ayam broiler.
Kandang closed house (CH) dapat menciptakan kondisi yang nyaman dan ideal, sehingga pertumbuhan dan produktivitas ayam broiler bisa optimal. Menurutnya, kandang CH juga memenuhi konsep kandang sehat yang merupakan kandang “berventilasi” dengan adanya proses pergantian udara dalam ruang oleh udara segar dari luar dengan bantuan alat mekanis (blower atau kipas) untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi ayam dalam kandang (>19 %).
“Kandang CH juga dapat membuang gas –gas beracun di dalam ruangan kandang, seperti amonia dan karbon dioksida yang merupakan musuh dalam proses pemeliharaan ayam. Selain itu kandang CH juga dapat membatasi naiknya suhu panas dan kelembaban di dalam kandang, salah satunya dengan aliran udara yang ada dalam kandang. Selanjutnya dengan penggunaan kandang CH, peternak juga dapat menciptakan temperatur efektif (temperatur yang dirasakan oleh ayam) sesuai kebutuhan pada setiap fasenya,” kata Founder Rumput Ilalang Hijau Ading Nurjaman dalam Farmsco Indonesia E-Learning #34 bertajuk “Bisnis Ayam Broiler untuk Pemula” yang dilaksanakan secara daring, Selasa (31/10). Acara tersebut juga menghadirkan narasumber penting lain, yakni oleh COO & Co-Founder BroilerX drh. Pramudya Rizki Ruandhito, M.Sc
Ading menjelaskan, kelebihan penggunaan kandang CH adalah dapat mengendalikan suhu dan kelembaban serta menyediakan kebutuhan oksigen yang cukup dan membuang gas beracun (NH3) dengan lebih baik, melalui settingan ventilasi untuk menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman bagi ayam. Sehingga pertumbuhan dan produktivitas yang optimal bisa tercapai. Selain itu, dengan kandang CH, juga akan terjadi peningkatan efisiensi pakan karena pengaturan pemberian pakan yang lebih terkontrol melalui auger dan sistem otomatis. Kelebihan berikutnya adalah dapat mengurangi risiko penyakit melalui pengaturan sanitasi yang lebih efektif.
“Kekurangannya harga atau biaya investasinya lumayan mahal. Kemudian biaya operasional agak sedikit mahal dari kandang biasa. Namun dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan, dapat meningkatkan performa produksi sehingga biaya per kilogram ayam jadi lebih rendah. Untuk syarat membangun kandang CH yang perlu diperhatikan adalah jauh dari permukiman warga dan farm lain, ketersediaan sumber air dan listrik, lingkungan/perizinan serta akses jalan,” ungkapnya.
Terkait jenis kandang CH, Ading membagi menjadi dua versi, yakni Closed House dan Semi Closed House. Secara harfiah, kandang closed house merupakan kandang tertutup. Namun dirinya memberi pengertian yang lebih spesifik bahwa kandang closed house merupakan kandang tertutup yang semua peralatannya serba otomatis. Sedangkan untuk kandang semi closed house dirinya mengkategorikan sebagai kandang tertutup yang beberapa peralatannya masih ada yang manual, seperti tempat pakannya, minumnya, dan lain-lain. “Berdasarkan pengalaman yang telah berjalan beberapa waktu ke belakang, gambaran umum biaya investasi untuk membangun kandang CH modern full otomatic 2 lantai dan 8 kipas/lantai, berkisar Rp75.000,00 –85.000,00/ekor, dengan ukuran 12 x 120 m dan populasi 25000 ekor/lantai. Biaya ini di luar perizinan, infrastruktur jalan dan tanah. Ada juga kandang semi CH ukuran kecil 2 lantai dan 3 kipas ukuran 36”/lantai, gambaran biaya investasinya sekitar Rp350 juta – 400 juta dengan ukuran 6 x 30 m dan populasi 6000. Kemudian, untuk gambaran kandang semi closed house ukuran standar, untuk konstruksi kayu gambaran investasinya Rp35.000 – Rp40.000/ ekor dan kontruksi besi sekitar Rp45.000 – 55.000/ekor. Selain itu, ukuran kandang juga harus diperhatikan. Pada prinsipnya, ukuran kandang tidak diperbolehkan berukuran bujur sangkar karena dapat mempersulit produksi. Bisa disesuaikan dengan ukuran tanah dan biaya yang kita punya, bisa 6 x 30 m ; 8 x 45 m ; 10 x 65 m ; 12 x 60 m dan 12 x 120 m,” tegas Ading. AP