Agropustaka.id, Kabar. Beberapa waktu terakhir program makan bergizi gratis (MBG) yang menjadi salah satu program andalan pemerintah banyak menjadi perbincangan di kalangan stakeholders perunggasan. Berbagai harapan pun bermunculan, agar program ini bisa membuat ekosistem perunggasan nasional kian bergairah.
Dalam sebuah seminar outlook bisnis peternakan, di Cibubur, Rabu (20/11), Deputi Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional, Tigor Pangaribuan menjelaskan salah satu landasan filosofis kenapa program MBG harus dilakukan. Berdasarkan data BPS, rata-rata anggota rumah tangga di penduduk tak mampu lebih banyak dibandingkan penduduk kelas menengah dan atas. Sehingga, menurutnya pemerintah perlu hadir untuk mengintervensi pemenuhan gizi di masyarakat.
“Rata-rata keluarga tak mampu itu mempunyai anak lebih kurang 3 orang. Sedangkan keluarga yang mampu hingga sangat mampu hanya mempunyai 1 anak saja. Jadi keluarga yang mampu itu justru mempunyai anak lebih sedikit, sementara keluarga tak mampu mempunyai anak yang lebih banyak. Fenomena ini pun juga terjadi di banyak negara. Dan kita telah menghitung bahwa dari 82 juta target penerima manfaat MBG, 70% di antaranya berasal dari keluarga tak mampu. Nah apabila generasi keluarga tak mampu ini menikah dan menghasilkan generasi keluarga tidak mampu kembali, maka siklus nya akan terus berputar. Dan apabila kedepan, kita dipenuhi dengan generasi semacam ini, maka tidak mungkin generasi emas 2045 akan terwujud. Hal inilah yang menjadi landasan filosofis kenapa MBG ini harus dijalankan,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa tujuan MBG tak sekadar untuk meningkatkan asupan gizi dan pengetahuan gizi kelompok sasaran. Namun terdapat berbagai tujuan lain mulai dari pendidikan, ekonomi hingga pengentasan kemiskinan. Dalam bidang pendidikan, dirinya menjelaskan bahwa saat ini IQ rata-rata anak di Indonesia adalah 78 atau peringkat 96 secara dunia. Dan semakin lama peringkat ini semakin mendekat ke bawah.
“Sedangkan untuk peringkat pertama adalah Jepang. Dan ternyata, di Jepang pemberian makan bergizi oleh pemerintah sudah diberikan sejak 150 tahun yang lalu. Mereka benar-benar menyadari kalau anak-anak kurang gizi, generasi yang muncul adalah generasi dengan kualitas yang rendah. Di negara yang IQ nya rendah kecenderung chaos itu sering terjadi. Karena ketahanan berpikir dan mengelola stress itu rendah, sehingga kekerasan fisik menjadi pilihan utama. Untuk itu, salah satu tujuan MBG dalam bidang pendidikan adalah untuk meningkatkan IQ anak generasi penerus bangsa selaras dengan meningkatnya prestasi, partisipasi & kehadiran siswa serta pengurangan anak putus sekolah,”
Ia melanjutkan bahwa tujuan program MBG juga bertujuan untuk meningkatkan ekonomi lokal. Karena bahan-bahan yang digunakan nantinya menggunakan produksi rakyat. Seperti beras, ayam, telur hingga sayur diharapkan bersumber dari produksi masyarakat sekitar. Selain itu dengan adanya MBG diharapkan juga dapat menciptakan lapangan kerja dan peluang ekonomi baru sehingga tingkat kemiskinan juga bisa teratasi. Di sisi lain, adanya MBG secara langsung juga dapat mengurangi beban penduduk miskin dalam perolehan pangan.
“Secara teknis program MBG ini akan dijalankan oleh satuan pelayanan yang dapat melayani 2000 – 3000 anak sekolah atau sekitar 10 – 18 Sekolah. Kemudian dalam pemenuhan kebutuhan bahan pangannya, satuan pelayanan ini akan melibatkan secara langsung peran Bumdes dan koperasi agar sirkular ekonomi dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini, Bapak Presiden memerintahkan agar diutamakan penyuplai bahan makanan ke dapur-dapur MBG itu adalah Bumdes dan koperasi yang menaungi para petani, peternak maupun nelayan. Dan berdasarkan pendataan Badan Gizi, jumlah koperasi di Indonesia itu sekitar 9000. Dimana 4000 diantaranya posisinya antara hidup dan mati, sehingga ekonomi di desa-desa memang sangat turun. Maka dengan ini, kami berharap ekonomi di desa-desa kita bisa tumbuh,” tegasnya. AP