Agropustaka.id, Kabar. Untuk keberlanjutan bisnis peternakan, sangat penting untuk dilakukannya inovasi di berbagai bidang: di bidang efisiensi produksi, peningkatan genetika dan pembiakan, kualitas produk dan keamanan pangan, kesejahteraan ternak, keberlanjutan lingkungan, peningkatan daya saing, adaptasi terhadap perubahan iklim, dan pengembangan pangan alternatif.
Keberadaan mahadata (big data) dan kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi solusi inovatif, membuka peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan keberlanjutan peternakan Indonesia. Dengan mahadata dan AI tersebut, maka akan dapat tercapai tingkat inovasi yang tinggi, meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan kesejahteraan hewan, dan mendukung keberlanjutan industri peternakan secara keseluruhan. “Kombinasi analisis data yang canggih dan kecerdasan buatan, membuka peluang baru untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan keberlanjutan produksi peternakan di masa depan,” kata Dr. Ir. Roy Malindo, S.Pt., M.Si., IPM, dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) dalam Seminar Nasional HPPM ke-3 bertajuk ‘Strategi Terkini dalam Penerapan Big Data dan Artificial Intelligence untuk Pengembangan Peternakan Berkelanjutan” yang digelar oleh Fapet UB secara daring, Kamis (30/12).
Narasumber penting lain dalam acara itu antara lain adalah CEO & Co-Founder BroilerX Prastyo Ruandhito yang membahas ‘Data Science in Poultry Business’, Guru Besar Fapet IPB Prof. Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt., M.Sc yang membahas tentang ‘aplikasi meta analisis dalam mensintesis berbagai hasil penelitian peternakan’, Guru Besar Fapet UB Prof. Halim Natsir yang membahas tentang ‘peran penting teknologi dalam pengembangan sektor peternakan berkelanjutan’, serta Dosen International Islamic University Malaysia Prof. Dr. Alfi Khatib yang membahas tentang ‘Metabolomics Application in Life Science’.
Lebih lanjut Roy Malindo memaparkan, terdapat tiga tantangan utama peternakan modern, yakni yang pertama perubahan iklim seperti perubahan suhu, pola hujan yang berubah, pasokan air, ekosistem yang berubah, kualitas nutrisi tumbuhan yang berbeda-beda, serta kemunculan penyakit. Tantangan kedua adalah keterbatasan sumber daya, baik itu lahan, air, pakan, tenaga kerja, energi, mapun teknologi. Tantangan ketiga adalah peningkatan permintaan pangan: populasi penduduk yang makin meningkat, perubahan pola konsumsi masyarakat, peningkatan kesadaran kesehatan, globalisasi dan urbanisasi, serta peningkatan pendapatan masyarakat.
Pada dasarnya sistem komputer melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Dengan adanya AI, maka dapat dibuat sistem yang memahami, belajar, dan membuat keputusan berdasarkan data yang diperoleh dari lingkungan peternakan. Aplikasi AI dapat diterapkan untuk mengenali pola perilaku ternak, sehingga sangat bermanfaat untuk meningkatkan manajemen peternakan.
Aplikasi AI tersebut misalnya untuk pemantauan aktivitas harian, deteksi kesehatan, identifikasi individu, pemantauan kondisi lingkungan, deteksi sinyal awal penyakit, analisis pola makan, pemantauan posisi ternak, analisis pola tidur, atau prediksi performa produksi. Keuntungan penerapan AI adalah bisa mengotomasi pekerjaan-pekerjaan tertentu, sehingga dapat meningkatkan efisiensi operasional, pemantauan real-time, penyaringan data yang cepat dan akurat, penyesuaian otomatis, dan pengelolaan sumber daya yang efisien.
Tantangan penerapan kecerdasan buatan di industri peternakan adalah keamanan data dan privasi, biaya dan investasi awal, dan kesiapan serta pengetahuan peternak yang belum merata. Untuk itu sangat diperlukan proses adopsi teknologi agar teknologi AI dapat termanfaatkan dengan baik bagi pengembangan peternakan di Indonesia.
Penerapan keberlanjutan peternakan di Indonesia dengan adanya AI yakni,” inovasi lanjutan dalam pengembangan teknologi, peluang untuk kemitraan antara sektor publik, swasta dan perguruan tinggi, serta peran big data dan AI dalam mencapai ketahanan pangan global,” kata Roy Malindo sembari menambahkan, penerapan Big Data dan AI dalam sektor peternakan menjadi penanda evolusi penting yang membawa manfaat besar dalam meningkatkan produktivitas, keberlanjutan, dan efisiensi operasional. AP