Daging ayam merupakan salah satu lauk hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Konsumsi daging ayam per kapita di dalam negeri saja pada 2021 mencapai 0,14 kg (Badan Pusat Statistik, 2021). Jumlah ini mengalami peningkatan 9,23% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebanyak 0,13 kg. Konsumsinya yang tinggi membuktikan bahwa peternakan ayam memiliki potensi usaha yang tinggi pula.
Hal ini disadari oleh banyak peternak di Indonesia. Populasi broiler pada tahun saja 2016 mencapai 1,6 miliar ekor meningkat sebesar 6,82% dan produksi daging sebesar 1,9 juta ton meningkat sebesar 17,02% (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2017). Pada tahun 2020, jumlah populasi ayam ras pedaging (broiler) di Indonesia mencapai 2.970.493.660 ekor (Badan Pusat Statistik, 2020).
Berdasarkan data di atas maka dapat dikatakan bahwa peternakan ayam broiler merupakan sektor industri yang cukup menjanjikan. Bagi seorang peternak, produktivitas ayam merupakan hal yang sangat penting. Apabila ternak memiliki produktivitas yang tinggi maka keuntungan yang akan didapatkan oleh peternak juga akan meningkat. Akan tetapi, industri ayam di Indonesia bukanlah suatu hal yang mudah.
Hal ini dikarenakan Indonesia berada pada daerah tropis dengan suhu lingkungan yang relatif tinggi. Suhu lingkungan yang tinggi dapat mengakibatkan pertumbuhan dan produksi ayam tidak sesuai dengan potensi genetiknya. Guna menyelesaikan permasalahan tersebut Tim PKM-KI Universitas Gadjah Mada membuat karya inovasi yang diberi nama ADEM sebagai solusi pencegahan heat stress pada ayam.
Dalam rilis yang diterima redaksi Agropustaka.id pada Sabtu (7/10), Tim PKM-KI UGM tersebut di bawah bimbingan Dosen Fapet UGM Dr. Ir. Muhsin Al Anas, S.Pt., IPP, ketua tim Levia Arkananta Sarjono (FAPET UGM), Muhammad Hasani (Elins UGM), Ilyasa Ihsan Yasin (Teknik Mesin UGM), Heva Adli Wijaya (Elins UGM), dan Joshua Tito Amael (Elins UGM) membuat karya inovatif ADEM: Smart Sprinkle sebagai solusi pencegahan heat stress pada ayam broiler.
Tim PKM-KI telah melakukan studi literatur terkait pemilihan komponen sebelum merangkai alat. Setelah itu tim melakukan pemrograman pada alat dan membuat alat agar dapat terintegrasi Internet of Things (IoT). Seluruh komponen yang telah siap kemudian akan dirangkai hingga menjadi alat yang fungsional.
Karya Inovasi ADEM tersebut terdiri dari 3 komponen utama yaitu sensor, sprinkle, dan aplikasi mobile. ADEM tersusun dari tiga sensor yaitu sensor kelembaban, sensor suhu, dan sensor kadar ammonia. Sprinkle dipasang pada atap kendang dengan partikel semburan mendekati embun. Aplikasi mobile diperuntukkan untuk peternak agar memudahkan peternak dalam memonitoring keadaan akndang sehingga mampu memaksimalkan manajemen pemeliharaannya.
Levia, Hasani Ilyasa, Heva, dan Joshua telah melakukan uji coba pada alat. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, alat ADEM telah mampu bekerja dengen efektif. Data suhu, kelembaban, dan kadar ammonia telah menunjukkan hasil yang cukup akurat. Data yang dibaca oleh sensor kemudian akan dikirimkan ke database dan memunculkan notifikasi pada aplikasi mobile. Hal ini memberikan peringatan dini pada peternak terkait kondisi kandang, sehingga peternak mampu bertindak lebih cepat.
Peternak dapat secara langsung mengaktifkan sprinkle guna mencegah heat stress, apabila suhu di dalam kandang sangat tinggi.
Selain itu, Tim PKM-KI UGM mengklaim bahwa karya inovasi ADEM mampu membantu peternak dan menjadi solusi pencegahan heat stress pada ayam broiler. Tim PKM-KI UGM juga menyatakan bahwa karya inovasi ADEM hadir dengan berbagai keunggulan, antara lain mudah dalam pengoperasiannya, mudah dalam perawatannya, dapat dioperasikan dalam jarak jauh, dan tentunya multifungsi. AP