Perunggasan Indonesia Menuju Mandiri Pangan

Agropustaka.id, Kabar. Sebagai industri strategis penghasil protein hewani terbesar bagi masyarakat Indonesia, industri perunggasan masih dibayangi oleh berbagai persoalan. Diperlukan sinergi dan kerja sama secara berkesinambungan untuk mencari solusi permasalahan yang ada. Hal ini mengemuka dalam acara Seminar Nasional bertema “Perunggasan Indonesia Menuju Mandiri Pangan”, di Tangerang, Rabu (26/9).

Seminar yang diselenggarakan oleh Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) tersebut menghadirkan pembicara kunci Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc., IPU yang diwakili oleh Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Agung Suganda, M.Si. Adapun narasumber yang hadir dalam seminar itu yakni Dominic Elfick (Aviagen Asia Pacific), Amin Suyono (Cobb Asia, Chai Yew Fai (Novogen), Ayatullah Natsir (Ceva), dan Noer Azam Achsani (SB IPB).

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Achmad Dawami dalam pembukaan acara menegaskan betapa vitalnya posisi pangan bagi sebuah negara, dimana sangat berpengaruh pada kestabilan hingga kedaulatan Indonesia. Untuk itu perlu adanya upaya bersama dalam mewujudkan kemandirian pangan di Indonesia, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Hal ini juga berlaku bagi produk pangan asal unggas, sebagai sumber protein hewani terbesar di Indonesia.

“Tak bisa dipungkiri bahwa beberapa tahun kebelakang sektor perunggasan yang merupakan penyedia protein hewani terbesar di Indonesia membutuhkan perhatian yang serius. Karena terjadi berbagai peristiwa yang membuat sektor ini carut marut. Beberapa isu yang berpengaruh pada sektor perunggasan dan harus diantisipasi bersama, seperti peningkatan jumlah penduduk, dampak Covid-19, perubahan iklim, krisis pangan hingga pembatasan ekspor dan impor yang terjadi secara global.”

Ia memaparkan, pandemi covid 19 yang pertama masuk Indonesia pada tahun 2020 membuat perekonomian Indonesia turun 2,07% dibandingkan tahun 2019. Artinya daya beli masyarakat pun ikut turun yang dibarengi dengan penurunan angka konsumsi per kapita masyarakat akan telur dan daging ayam. Hal ini relevan dengan peningkatan 6,7% balita stunting akibat Covid-19.

“Mari kita lihat pengaruhnya kepada bisnis kita. Pada saat Covid masuk pada 2020, harga ayam, telur dan DOC jatuh dan tidak laku. Kemudian pada tahun 2021, kondisi sudah mulai stabil namun begitu ada berita dan isu yang menakutkan maka membuat harga ayam jatuh. Dan selalu saya ingatkan harga ayam itu sangat tergantung dengan isu dan momentum, sehingga bagaimana kita waspada dengan hal tersebut. Kita tidak bisa menyerah dengan keadaan, namun bagaimana kita mengantisipasi untuk menjawab tantangan yang ada. Dan yang terpenting kita harus berkolaborasi dan bersinergi secara berkelanjutan. Tidak bisa jalan dan menang sendiri.”

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak (Dirbitpro), Ditjen PKH Agung Suganda  menambahkan, perunggasan bukanlah sebuah sektor usaha yang main-main, tapi menjadi industri yang sangat strategis bagi negara. Sehingga pemerintah pada zaman siapapun pasti akan sangat memperhatikan industri perunggasan nasional. Terlebih saat ini produksi perunggasan nasional sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, bahkan terjadi surplus.

“Saat ini kelebihan produksi perunggasan masih menjadi masalah. Namun, seharusnya kelebihan yang ada bisa dimaksimalkan sebaik-baiknya dan menjadi kekuatan bagi perunggasan nasional. Salah satunya bagaimana memanfaatkan produk unggas yang menjadi pangan protein hewani yang cukup terjangkau baik dari sisi harga maupun ketersediaan untuk mengentaskan stunting yang masih terjadi di Indonesia. Bahkan kami juga terus mendorong, bagaimana produksi unggas ini bisa diekspor. Saat ini angka ekspor kita terus mengalami peningkatan, dan masih terbuka lebar peluang pasar ekspor, seperti ke Arab Saudi.”

Namun demikian, tantangan utama dalam pasar ekspor adalah bagaimana daya saing perunggasan kita belum terlalu kompetitif dengan produk luar. Ia berkeyakinan, dengan sinergi dan kerja sama dari berbagai stakeholders maka potensi pasar ini pasti bisa dimanfaatkan. ap/gppu