Agropustaka.id, Kabar. Adalah sebuah tantangan dalam pengembangan bisnis perunggasan saat ini, antara lain yakni kondisi keterbatasan sumber daya yang ada, baik tanah, air, maupun pakan. Tantangan lainnya yakni tingginya biaya operasional, manajemen kesehatan dan penyakit, perubahan iklim, hingga fluktuasi kondisi pasar dan volatilitas harga. Semua kondisi ini menuntut peternak untuk melakukan produksi seefisien mungkin, salah satunya dengan pemanfaatan kemajuan teknologi yang ada.
Dalam sebuah rangkaian acara pameran IndoLivestock 2023 Expo & Forum ( IDL ), di Surabaya, Kamis (27/7), sosok alumni Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada atau Fapet UGM yang juga CEO dan Co-Founder BroilerX Prastyo Ruandhito memaparkan bahwa misi BroilerX ke depan adalah bagaimana bisa menjembatani kesenjangan antara kebutuhan peternak dan kemajuan teknologi untuk meningkatkan efisiensi produksi di sektor perunggasan.
Untuk memahami kebutuhan peternak, tim BroilerX telah melakukan survei dan wawancara dengan para peternak untuk mengumpulkan berbagai informasi lapangan. Selain itu juga telah dilakukan identifikasi poin masalah, tujuan, dan aspirasi dari peternak, serta mencoba mengenali keragaman praktik peternakan dan sumber daya yang tersedia di berbagai daerah. “Kemudian apa yang akan kita terapkan di BroilerX? Kita telah mengadopsi teknologi modern seperti internet of thing (IoT), artificial inteligent (AI), dan data analytic untuk bisa melakukan transformasi di dunia perunggasan,” tandas Prastyo Ruandhito.
Ia memaparkan bahwa saat ini BroilerX telah memproduksi sensor IoT untuk pemantauan kesehatan hewan, perilaku, dan kondisi lingkungan secara real-time. Kemudian BroilerX juga mempunyai produk analitik prediktif berbasis AI untuk deteksi dan pencegahan penyakit, serta otomatisasi sistem pakan, air minum serta berbagai teknis perkandangan lainnya. Semua teknologi tersebut telah terintegrasi dan didukung dengan sistem ERP, sehingga dapat memudahkan pendataan, pengoperasian dalam usaha perunggasan. Hal ini tentu pada akhirnya akan membuat usaha perunggasan lebih optimal. Sistem ERP tersebut dikembangkan oleh Erpana, merupakan anak perusahaan dari BroilerX yang memiliki keahlian dan kompetensi yang dapat diandalkan dalam memberikan solusi bisnis yang tepat sesuai kebutuhan.
“Selain sistem jual beli putus, IoT dan aplikasi tadi juga bisa kami pinjamkan kepada para peternak yang bergabung dalam ekosistem usaha yang kami bangun. Di sini kita berkolaborasi dan bersama-sama dengan para peternak, sehingga kekuatan peternak lebih kuat dan keuntungan yang lebih bisa di dapat. Pada studi kasus peternak mitra yang telah bergabung, kami bisa meningkatkan nilai efisiensi, dimana BOP sebelumnya Rp 2.700,00/kg ditekan menjadi Rp 1800,00/kg. Dan pada periode selanjutnya diharapkan akan di tekan menjadi Rp 1.400,00/kg.
Maka, harapannya bisa mencapai HPP produksi di bawah Rp 17000/kg, dimana HPP di pasar saat itu menyentuh harga Rp 19000,00/kg,” tambahnya. Selain itu, Prastyo melanjutkan bahwa dalam ekosistem BroilerX ini juga menjembatani antara peternak dengan pemodal yang bingung dalam penyaluran dana nya. Dimana, BroilerX akan memberikan laporan yang akurat dan terperinci, serta terus melakukan pendampingan, sehingga kepercayaan terhadap peternak bisa meningkat. “Kita di sini untuk masa depan, dimana diharapkan BroilerX ini bisa menjembatani kebutuhan peternak dengan berbagai teknologi mutakhir yang telah dihasilkan. Dengan ini kita jadi mengetahui apa saja tantangan di lapangan dan sisi mana yang bisa kita dukung, sehingga bisa meningkatkan efisiensi produksi di sini,” kata Prastyo Ruandhito. AP