Tantangan Pembudidayaan Plasma Nutfah Ayam Lokal Indonesia

Agropustaka.id, Kabar. Budidaya ayam kampung dapat lebih optimal dengan penggunaan pakan berkualitas, didukung bibit serta manajemen peternakan yang baik. Pengembangan budidaya ayam kampung berkualitas penting dalam mendukung pelestarian plasma nutfah ayam lokal.

Bambang Krista, pemilik Citra Lestari Farm di Bekasi, Jawa Barat, mengatakan, dalam manajemen produksi, porsi pakan ternak sekitar 70 persen dari biaya produksi. Oleh karena itu, efisiensi penggunaan pakan menentukan, tetapi kualitasnya harus benar-benar terjamin.

Hal itu ia sampaikan pada sebuah webinar ”Aspek Pakan dalam Budidaya Ayam Kampung” oleh Departemen Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Budidaya ayam kampung perlu terus didorong di tengah banyaknya industri ayam ras.

Pakan produksi pabrikan maupun yang dihasilkan peternak harus memenuhi kebutuhan nutrisi ternak sesuai jenis dan umur. ”Penting diperhatikan penggunaan bahan pakan, teknik pengolahan, serta formulasi dan penyimpanannya,” kata Bambang.

Dalam hal ini, pengujian penting sebelum melakukan formasi dan pencampuran pakan. Adapun teknik pencampuran yang baik ialah teknik yang mampu menghasilkan pakan dengan tingkat homogenitas tinggi. Namun, penghematan dengan menggunakan bahan berharga murah sangat tak dianjurkan.

Pakan produksi pabrikan maupun yang dihasilkan peternak harus memenuhi kebutuhan nutrisi ternak sesuai jenis dan umur.

Kandungan bahan pada pakan juga harus dipastikan sesuai batas penggunaan. ”Misalnya bahan pakan dedak padi, dedak gandum, dan dedak jagung kisarannya 30-40 persen dan sorgum 60 persen. Namun, khusus jagung bisa hingga 100 persen,” kata Bambang.

Selain penggunaan pakan berkualitas, peternak juga perlu memperhatikan bibit dan manajemen dalam membudidayakan ayam kampung. Ketiganya tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Artinya, masing-masing harus dipastikan tidak asal-asalan.

Pada bibit, menurut Bambang, pemilihannya harus dipastikan dengan membeli bibit yang baru menetas, bukan yang beredar setelah 2-4 hari menetas. ”Sementara pada manajemen, perhatikan kelengkapan peralatan kandang serta kepadatan populasi kandang. Vaksinasi juga harus benar,” lanjutnya.

Di samping itu, penggunaan metode ayam suntik juga dapat dilakukan oleh peternak. Dengan metode itu, satu pejantan dapat digunakan untuk 30-40 ekor betina. Sementara dengan metode kawin biasa, satu pejantan dapat dikawinkan dengan hingga tujuh betina.

Pada akhirnya, pengembangan budidaya ayam kampung diharapkan menekan ketergantungan impor bibit grand parent stock (GPS) unggas. ”Dengan makin banyak dan berkembangnya pelaku budidaya, ketergantungan impor bisa ditekan. Ayam lokal ini ialah plasma nutfah dari negeri sendiri,” katanya.

Dosen Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Undip, drh Fajar Wahyono, menuturkan, ayam kampung merupakan komoditas yang selalu eksis dalam segala kondisi, termasuk saat pandemi Covid-19. Ayam kampung menjadi pilihan karena rasanya lebih gurih dan nikmat ketimbang ayam ras.

”Namun, budidaya ayam kampung belum banyak berdiri seperti ayam ras yang sudah berskala industri. Ini menjadi pertanyaan. Di sisi lain, salah satu faktor utama pengembangannya ialah masalah pakan sehingga harus benar-benar diperhatikan,” ujarnya. ap/kc