Agropustaka.id, Pemikiran. Industri peternakan ayam, baik peternakan ayam pedaging (broiler) maupun ayam petelur (layer) hingga saat ini masih menjadi sumber kontribusi penting dalam pemenuhan sumber pangan hewani. Daging dan telur ayam hingga saat ini merupakan sumber protein yang paling ideal, baik dari sisi kelengkapan zat gizi, keterjangkauan harganya, hingga kemudahannya untuk diolah menjadi berbagai hidangan lezat.
Karena itu, peranannya yang demikian nyata bagi pemenuhan zat gizi protein hewani masyarakat Indonesia, maka lini usaha budidaya unggas tersebut harus terus dikembangkan dan ditingkatkan produktifitas dan efisiensinya.
Tantangan pengembangan lebih lanjut mengenai usaha budidaya ayam, antara lain adalah masalah inefisiensi, pemasaran, lahan untuk peternakan ayam, kualitas sumber daya manusia di bidang perunggasan, serta menurunnya minat generasi muda untuk terjun di sektor ini. Semua itu merupakan serangkaian tantangan dunia peternakan ayam yang harus dibenahi bersama.
“Dengan kehadiran revolusi industri 4.0 dengan segala aspeknya memberikan harapan sekaligus juga tantangan bagi pembangunan sektor perunggasan,” kata Chief Marketing Officer (CMO) BroilerX, Galuh Adi Insani. Ia mencontohkan tentang sistem otomatisasi, yakni beberapa perangkat budidaya pemeliharaan ayam bisa dipantau secara seketika melalui sistem komputer, sehingga mengurangi tingkat kesalahan dalam pencatatan, serta dapat bekerja dengan akurat.
Industri 4.0 bisa dirancang untuk mencakup mulai dari kandang hingga ke meja makan, sehingga diperlukan adanya hubungan sinergis dengan pihak-pihak di dalam rantai mulai sejak dari kandang hingga konsumen akhir. Oleh karena itu, sangat penting adanya berbagai aplikasi (apps) yang menghubungkan pabrik olahan dengan pemasok bahan mentah atau di farm hingga ke pelanggan.
Alur proses yang menghubungkan antar mata rantai tersebut amat penting, sehingga diharapkan adanya aneka macam data, baik itu pasokan bahan baku maupun ketersediaan kendaraan untuk mengirim produk ke setiap tujuan dengan jaminan mutu dan biaya yang bersaing.
Karena tantangan persaingan global yang terus meningkat, Galuh menandaskan, bidang perunggasan Indonesia harus berkembang secara efisien dan dapat memenuhi kebutuhan pasar. Maka, sumber daya manusia dan sarana pendukungnya harus disiapkan sejak awal
Hal penting lainnya dari momentum revolusi industri 4.0 ini bagi dunia perunggasan adalah kebijakan dari pemerintah dan para pemangku kepentingan. Karena, perubahan itu tidak sekadar perubahan teknologi, tetapi juga terkait regulasi dari pemerintah. Semoga di sektor perunggasan bisa mengambil pelajaran dan segera dirumuskan kebijakan yang mendukung untuk daya saing industri perunggasan nasional. (AP/BRX)